Mohon tunggu...
Christina Sidauruk
Christina Sidauruk Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi jurusan Akuntansi Pajak Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungkanlah

7 Juli 2011   16:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri ke duanya, 'Selama
ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku
meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus di sampingku?'

'Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu! ' jawab
isteri keduanya. 'Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju
pemakamanmu. '

Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan
menghancurkan hatinya.

Tiba-tiba, sebuah suara berkata:
'Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.' Sang raja
menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah
olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita
kekurangan gizi.

Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang
raja berkata sendu, 'Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku masih
punya banyak kesempatan!'

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup
kita....

'Isteri ke empat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu
dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, tetap saja
dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.

Kemudian 'Isteri ke tiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.

Sedangkan 'isteri ke dua' kita adalah keluarga dan teman-teman kita. Tak
peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap saja
mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.

Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh, iman kita, yang sering
terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu.
Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita kemana pun
kita pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun