Selain pemeliharaan belimbing perlu perlakuan lainnya. Berikut tips yang saya peroleh dari bosku. Ini kisahnya:
"Cas, nih ada belimbing. Bagikan ke yang lain juga, ya.." ucap si bos pada suatu siang sambil mengulurkan sekantong buah belimbing.
"Nggih.." jawabku singkat. Ku lihat buah tersebut berukuran cukup besar dan ranum.
"Sepertinya si bos baru dari kota nih.." batinku.
"Metik sendiri, dari pohon belakang rumah.." kata si bos seperti tahu isi kepalaku.
"Kok bisa super seperti ini, bos?.." tanyaku sok bego (padahal sih.... iya.. :D )
"Gini rahasianya. Kamu beli kantong plastik untuk gula pasir ukuran 1,5 kg. Lalu kamu bungkus buah belimbing yang masih muda dengan kantong tersebut. Kemudian kamu ikat ujungnya. Ingat buah yang masih muda, ya.." terang si bos.
"Emang kenapa kalau yang udah besar?.." tanyaku, seperti anak SD.
"Buah belimbing dan buah lain yang sudah besar biasanya sudah dimasuki telur oleh lalat buah. Makanya kadang buah jadi busuk dan jatuh. Nah, fungsi kantong plastik tersebut adalah untuk mencegah lalat buah menaruh telurnya disitu.." jawab si bos panjang lebar.
"Tiap buah, ngebungkusnya?.." tanyaku lagi.
"Yap.." jawab si bos singkat.
"Wadouh..." gerutuku dalam hati.
Aku senang karena sekarang jadi tahu caranya agar buah belimbing bisa besar dan penampilannya menggairahkan seperti yang ada dalam genggaman tanganku ini. Dan kelebihan lain dari buah belimbing pemberian si bos tadi adalah rasanya. Kalau yang dibiarkan begitu saja meskipun warnanya lebih kuning tapi ada rasa sepatnya. Sedangkan yang dibungkus kantong plastik, rasa sepat tersebut tidak ada meski warna kulit buahnya tampak kehijauan.
"Matur nuwun, bos.." kataku seraya beringsut meninggalkan beliau untuk menemui teman-temanku dan membagikan pemberian buah si bos.
"Hmmm...suegerrr..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H