Lamanya Menjalin sebua hubungan dengan pasangan tak selalu berakhir bahagia kadang kita harus menelan sakitnya putus cinta dan pahitnya patah hati. Tentu Dalam menjalani sebuah hubungan kita pernah merasakan yang namanya putus cinta baik ditinggalkan atau meninggalkan seseorang.Â
Tuju tahun yang lalu tepatnya masi kelas dua SMA aku merasakan yang namanya jatuh cinta. Aku dan dia menjalani hubungan layaknya seperti orang pacaran pada umumnya. Setelah dua tahun lamanya kami menjalani hubungan, aku dan dia harus menjalani hubungan jarak jauh. Aku melanjutkan kuliah di kota lain sedangkan dia kuliah di kota kelahirannya.Â
Pada tahun pertama menjalani hubungan jarak jauh setiap hari kami saling bertukar kabar, menceritakan semua yang terjadi pada hari itu baik di kost maupun kegiatan di kampus. Setiap malam sebelum tidur sudah menjadi ritual kami untuk saling telpon telponan, menceritakan semua keluh kesah yang terjadi di kampus.Â
Waktu berlalu begitu cepat tak terasa dua tahun sudah kami menjalani hubungan jarak jauh tampak dia juga semakin hari semakin menjauh dan menghilang entah kemana.Â
Tapi aku mendengar kabar kalau dia sudah menjadi milik orang lain yang sebentar lagi akan mengikrarkan janji suci. Sudah pasti aku kaget tapi bagaimana lagi dia sudah menjadi milik orang lain dan aku hanya bisa menahan sakit atas luka yang dia tinggalkan.Â
Separuh jiwaku pergi, duniaku telah hilang, hidupku hampa tanpa sedikit kabar darinya. Hari demi hari aku lewati sendiri hanya berteman dengan musik musik melow saat kita bersama dulu sembari menikmati moke (minuman keras asal pohon lontar) dan kretek yang entah sudah berapa banyak batang aku habiskan.Â
Sialnya bukan melupakanmu yang aku dapatkan tapi kenangan bersamamu selalu terngiang ngiang dipikiran ku, tambah lagi dengan sakit paru paru dan asam lambung menyerang ku karena berlebihan mengonsumsi nikotin dan alkohol.Â
Dokter menyarankan untuk berhenti mengonsumsi minuman keras dan rokok, aku memutuskan untuk tidak minum minuman keras dan menghisap rokok lagi.Â
Dua minggu berbaring lemah di ranjang Rumah sakit, aku merenung kembali betapa bodohnya diriku yang rela menyakiti diri sendiri hanya untuk melupakan dia yang tidak mau mempedulikan aku.Â
Setelah pulih dari sakit yang begitu menyiksa diriku selama dua pekan. Aku sadar bahwa tidak semua hal bisa menjadi tempat pelarian untuk menyembuhkan hati yang terluka.Â