[caption id="attachment_307877" align="aligncenter" width="300" caption="anak-anak korban Sinabung sedang bermain/www.sumutpos.com"][/caption] Ketika keluarga kita berduka, layakkah kita mengomentari negatif bantuan penghiburan yang diberikan kepada keluarga kita. Itulah yang sekarang terjadi dengan sekelompok orang yang tidak punya hati. Mengumbar isu yang tidak penting mengusik lantunan penghiburan yang telah tulus disampaikan.
Syukurnya, para pengungsi Sinabung mungkin tidak menyibukkan diri dengan apa yang digembargemborkan tentang isu tersebut. Kedukaan karena ratusan kali erupsi Gunung Sinabung yang belum juga berhenti menyita perhatian mereka untuk menguatkan diri terus bertahan. Kali ini kedukaan para korban sedikit terobati dengan kedatangan Presiden. Selayaknya kepala negara yang ingin memberi perhatian khusus kepada warganya, Presiden ikut tinggal di tenda pengungsian, jelas tenda ini dibedakan untuk memberikan kesempatan Presiden berpikir jernih membuat kebijakan terbaik bagi para korban.
Berbicara soal isu, ternyata usut punya usut nilai itu adalah angka yang ditolak ketika BNPB mengajukan pengadaan tenda VIP. Jelas angka ini ditolak karena terlalu berlebihan, tetapi kenapa justru muncul ketika Presiden menjenguk para korban bencana.
Selain isu ada lagi sekelompok orang yang melakukan aksi unjuk rasa. Perhitungan para demonstran bahwa kedatangan ini memiskinkan. Tapi bukan itu esensinya. Para demonstran tidak melihat bahwa kedukaan para korban Sinabung sudah sangat menderita, yang mereka butuhkan bukan sekedar bantuan kebutuhan dasar, tetapi perhatian.
Sadar dan saling mendukung, itulah yang perlu kita lakukan untuk para korban Sinabung, berikut juga korban banjir di Jakarta, Manado dan daerah lain yang terkena bencana. Apa ruginya memberi komentar positif atas motivasi penghiburan dari mereka yang datang berkunjung dan membantu. Toh, Presiden datang tidak dengan tangan kosong tapi dengan bala bantuan yang bisa meringankan beban penderitaan korban.