[caption caption="Rio Haryanto kali ini harus juara agar dapat berlaga di F1. (ligaolahraga.com)"][/caption]Pembalap andalan Indonesia, Rio Haryanto, memasang target tinggi untuk naik ke podium GP2 Series 2015 di Sirkuit Autodromo Nazionale, Monza, Italia. Menurut driver asal Surakarta ini, posisi nomor satu harus diraih guna melancarkan ambisinya membalap di lintasan Formula 1 pada musim 2016 mendatang.
Meski bertengger di lima besar klasemen sementara, Posisi Rio dianggap masih rawan, karenanya meraih poin besar adalah sesuatu yang mutlak harus diakukan bila tak ingin terus-menerus berada di GP2 pada musim berikutnya.
Rio yang berhasil meraih posisi podium utama di tiga balapan yang berlangsung di Bahrain, Austria, dan Inggris, saat ini berada di tempat ketiga dibawah Alexander Rossi dan rival terbesarnya, Stoffel Vandoorne.
Ranking tiga bagi sebagian besar pembalap merupakan prestasi yang cukup baik, tapi tidak bagi Rio yang harus berburu dengan waktu agar bisa mencapai podium juara. Hal itu merupakan salah satu syarat yang harus ia penuhi agar dapat mewujudkan impiannya di dunia balap F1.
Usai melewati tujuh balapan, Para penggemarnya di Indonesia berharap pria 22 tahun ini bisa terus meningkatkan poin yang diperoleh dengan hanya empat balapan yang masih tersisa. Rio harus tampil nomor satu agar mencapai target promosi ke level lebih tinggi dan kita semua tau perjuangan Rio Haryanto di GP2 Series semakin hari akan semakin berat.
Ia harus menggeser Vandoorne yang telah meraih 233 poin dan Alexander Rossi dengan 128 poin. Sementara dirinya sendiri baru mengumpulkan total 109 poin.
Rio lebih unggul dari Sergey Sirotkin karena sudah tiga kali menjuarai sprint race, meski poin keduanya sama persis dan ia berharap Indonesia Raya bisa segera berkumandang: “Aku yakin jika tidak terhalang masalah teknis di lintasan, peluangku naik ke podium sebagai juara akan terbuka lebar tahun ini. Semoga ‘Indonesia Raya’ dapat berkumandang di Italia.” Harap Rio.
Monza selama ini merupakan sirkuit yang selalu memberi tantangan tersendiri untuk para pembalap, karena bisa menguji sejauh mana skill seorang pembalap ketika harus menghindar dari posisi tergelincir agar tidak keluar lintasan. "Di Monza kita memerlukan setting low downforce dan low drag agar bisa menggeber gas hingga kecepatan tertinggi demi meraih hasil lap terbaik," terang Rio.
Sirkuit Monza terkenal selalu memacu adrenalin setiap pembalap yang harus melaju kencang di trek lurus dengan kecepatan di atas 330 km/jam, namun harus siap melakukan pengereman mendadak tanpa membuat roda terkunci, hal ini agar keseimbangan mobil bisa tetap terjaga.