Saat ini dunia sedang digemparkan dengan maraknya permasalahan global antara dua wilayah, yakni Palestina dan Israel. Permasalahan ini disebabkan oleh perebutan wilayah yang menyebabkan terjadinya perang antara dua wilayah tersebut. Serangan Israel terhadap Palestina menewaskan lebih dari 1000 orang. Hal ini tentu menarik perhatian dunia terutama umat muslim di seluruh dunia.
Dalam tragedi ini, Amerika diharapkan dapat membantu meredam konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Akan tetapi, Amerika menolak rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada senin (20/2/2024). Bahkan, hingga Desember lalu Amerika Serikat telah menggunakan hak veto terhadap rancangan resolusi sebanyak 45 kali dilansir dalam (Kompas.com). Keputusan ini tentu menimbulkan aksi protes berbagai masyarakat terutama umat islam di dunia. Salah satu bentuk protes dalam rangka tidak mendukung aksi tindakan yang dilakukan oleh Israel ini adalah dengan adannya aksi boikot terhadap produk-produk Amerika.
Boikot produk merupakan sebuah tindakan menolak atau tidak membeli, menggunakan, dan mendistribusikan, serta mempromosikan produk tersebut. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk penolakan karena akan menyebabkan kerugian cukup besar bagi negara tersebut. Adanya indikasi bahwa sebagian pendapatan nasional Amerika akan digunakan untuk membantu Israel baik dalam bentuk dana, pembangunn infrastruktur, senjata, dan lain-lain. Dampak yang terjadi dari aksi produk pro-Israel salah satunya dalam aspek ekonomi. Perusahaan-perusahaan yang menjalin kerjasama dengan produk-produk Amerika atau produk pro-Israel akan mengalami penurunan penjualan dan investasi yang dimana hal ini akan mempengaruhi stabilitas perekonomian mereka.
Produk-produk yang dikatakan menjadi produk pro-Israel ini terbilang cukup banyak salah satunya adalah starbucks. Starbuck merupakan salah satu produk minuman yang sudah sangat terkenal di berbagaii negara. Dilansir dalam (viva.co.id) perusahaan ini sudah mengalami kerugian sebesar Rp170.4 triliun akibat adanya aksi boikot ini. Tidak hanya itu, menurut (Suara.com) investasi di Israel juga mengalami kerugian berupa penurunan hingga 50% di angka US$6 miliar.
Dilihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa adanya aksi boikot produk pro-Israel ini memanglah sangat berpengaruh pada perekonomian global. Hal ini menjadi salah satu bentuk protes yang efektif karena apabila diteruskan akan menjadi suatu kerugian besar bagi negara tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H