George Bluestone, seorang pelopor studi tentang film adaptasi, melalui bukunya Novels into Film (1957) mengatakan terdapat dua cara untuk melihat, hal ini merupakan cara tentang mempertanyakan persamaan dan perbedaan mendasar dalam melihat sebuah film dengan membaca sebuah karya sastra, serta pencarian relasi antar kedua media tersebut.
Bluestone berasumsi dan berusaha menunjukkan ciri-ciri dasar yang membedakan secara genetika novel dengan film. Novel merupakan sebuah media linguistik, sementara film merupakan medium dengan pendekatan visual. Meski terdapat beberapa kesamaan di antara keduanya, namun pada kenyataannya, perbedaannya jauh lebih mencolok. Perbedaan itulah yang justru menjadi tantangan bagi filmmaker untuk memecahkannya.
Secara fundalmental, novel dan film memiliki perbedaan pada cara melihat, bahan serta asal usul, baik konvensi maupun penontonnya. Menurut Bluestone yang menarik ketika melihat dua medium ini adalah "terang-terangan kompatibel, namun diam-diam bermusuhan", sehingga ia dan para adaptor melihat adanya tantangan dan potensi besar untuk menyatukan kedua medium tersebut.
Adaptasi Novel Menjadi Film
Linda Seger dalam The Art of Adaptation Turning Fact and Fiction into Film, menuliskan bahwa adaptasi merupakan sebuah proses transisi, pengubahan atau konversi dari satu medium ke medium lain. Linda tidak lagi menyoal soal beda dua medium, teks dan film. Karena sejak awal keduanya memiliki karakter yang berbeda. Sehingga ketika dipersatukan atau dipertautkan sudah dipastikan akan menghasilkan suatu perubahan. Namun meski pada akhirnya akan muncul suatu bentuk atau sifat baru sebagai hasil adaptasi, roh dari teks asli diharapkan tetap hadir dalam karya baru tersebut.
Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Novel ini merupakan karya tulis dari Eka Kurniawan. Dalam novel ini terdapat penggambaran kata yang menunjukkan realita yang mampu menyindir keadaan orang-orang kelas mengengah ke bawah yang kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil, dengan latar waktu tahun 80-90an di wilayah Indonesia.
Dalam novel ini juga digambarkan selera humor pada masa itu yang masih tergolong humor yang sarkastik. Dalam novel ini juga terdapat kalimat-kalimat penggambaran situasi dan kejadian berupa pertarungan, kesedihan, kemarahan, bahkan beberapa adegan dewasa yang cukup liar.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Novel karangan Eka Kurniawan merupakan karya yang sedang banyak menjadi bahan pembicaraan masyarakat sebab adaptasi filmnya yang cukup sukses di pasar internasional, yakni Festival Film Internasional Locarno 2021 dengan penghargaan Golden Leopard.