Pengalaman ini sengaja saya share ke masyarakat setelah saya sempet hamil dengan resiko pre eklamsia dan eklamsia. Kehamilan yang ketiga kala itu membuat suami ku repot. Menginjak usia kehamilan 4 bulan, suami segera mengurus kartu BPJS untuk antisipasi dalam merawat calon jabang bayi yang masih dalam kandungan dan tentunya menjaga keselamatan ibu nya. Karena sadar akan resiko selama kehamilan saya hingga melahirkan, maka sejak dini saya sudah disiapkan kartu BPJS yang sungguh sangat membantu saya dalam menjalani proses kehamilan yang beresiko kematian ini.
Memasuki usia kehamilan 5 bulan tensi darah saya merangkak naik, hingga mencapai 200/110. Saya langsung dirujuk dari klinik Seto ke RS. Anna Medika Bekasi. Di sana saya ditangani langsung oleh Dokter Fidruzal , dimana disana beliau merupakan dokter kandungan. Selama saya dirawat inap di RS Anna Medika, saya mendapatkan pelayanan yang sangat bagus. Dipantau langsung oleh dokter kandungan, serta tidak dipungut biaya sedikitpun. Fasilitas yang saya terima sebagai peserta BPJS sangat memuaskan. Biasanya orang yang masuk RS di pungut uang jaminan 3 juta bagi yang rawat inap, jaminan saya hanya kartu BPJS klas 2 yang setiap bulan bayar premi Rp. 42.500,00.
Setelah tensi saya turun dan oleh dokter diperbolehkan pulang saya saat itu tetap dalam pantauan dokter klinik. Menginjak usia kehamilan 8 bulan, tensi saya naik lagi hingga 200. Dirawat inap lagi, dokter mulai mengkhawatirkan keselamatan saya. Kemudian dokter memberikan rujukan untuk operasi cesar di RSCM Jakarta keesokan harinya. Karena kondisi saya yang menghawatirkan, maka dokter RSCM dengan sigap merespon rekomendasi dokter Fidruzal saat itu. Dengan kartu BPJS nyawa saya bisa diselamatkan meskipun nyawa bayi saya tidak bisa bertahan karena organ paru-paru nya yang belum siap. Sedih memang, tapi setidaknya anak  sayayang kini sudah ada disisi Tuhan menjadi inspirasi bagi saya untuk bisa berbagi pengalaman kepada ibu-ibu yang sedang hamil.
Selama saya menjalani operasi cesar dan dirawat inap pasca operasi, semuanya ditanggung oleh BPJS, tidak serupiahpun saya dipungut biaya oleh pihak rumah sakit. Â Untung ada BPJS yang pro dengan masyarakat. Jaminan kesehatan yang pro rakyat, dengan premi yang sangat terjangkau dan keberadaan fasilitas kesehatan yang sudah bisa dijangkau masyarakat sesuai dengan daerah tempat tinggal. Dan ini berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia.
Karena jaminan kesehatan yang sifatnya gotong royong, maka premi yang kita bayarkan setiap bulan tidak dapat cairkan kembali. Anggap saja, sebagai alat bantu jika kita sakit dan kita bisa tertangani dengan kartu BPJS. Dan apabila kita tidak sakit dan jarang memakai kartu BPJS untuk berobat maka anggap saja kita sudah menolong saudara kita yang membutuhkan pertolongan (sedekah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H