Disclaimer : menurut Commons Farmasi dan Farmasetika, dan Commons Kesehatan Masyarakat Kutipan yang disarankan Joshi, Anuj dan Tan, Weijun, "Apoteker sebagai Penyedia Layanan Kesehatan di Garis Depan" (2023). Tenaga kesehatan profesional yang memberikan perawatan esensial. Oleh karena itu mereka mempunyai tanggung jawab untuk meracik, mengelola Obat serta memastikan bahwa obat-obatan yang diberikan kepada pasien memenuhi standar keamanan, kemanjuran, dan kualitas; memberikan informasi terperinci tentang cara menggunakan obat, kemungkinan efek samping, dan potensi interaksi obat; mencegah tindakan penyalahgunaan obat melalui inisiatif Kesehatan Masyarakat, seperti kampanye penggunaan antibiotik yang rasional dan pendidikan gaya hidup sehat.
Pada Desember lalu perhatian publik terhadap profesi apoteker kembali menjadi trending topik, akibat pernyataan ambigu salah satu anggota Komisi III DPR RI Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yakni Muhammad Rofiqi, ia menyebut "apoteker" sebagai pihak yang menjual obat racikan dan bir di sekitar Stadion Diponegoro, Semarang. Pernyataan tersebut menuai berbagai respon hingga protes keras dari para apoteker di seluruh Indonesia. Mereka merasa tugas dan tanggung jawabnya tidak sesuai dengan kegiatan ilegal tersebut. Secara terbuka menjelek-jelekkan reputasi profesi apoteker.Â
Banyak apoteker yang menggunakan media sosial untuk menyampaikan pendapat mereka dan mengeluhkan bahwa masalah tersebut tidak ditangani dengan baik. Mereka merasa kejadian ini muncul akibat kurangnya pemahaman tentang peran dan pekerjaan mereka. Dalam hal ini mereka juga mencari bantuan untuk melawan perwakilan publik yang menyebarkan rincian menyesatkan dan berujung terjadi kesalahpahaman.
Tak lama kemudian, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk penyalahgunaan kata "apoteker" dalam konteks tersebut. Presiden IAI menegaskan apoteker bukanlah sebuah profesi yang terkait dalam pengoplosan dan penjualan minuman keras. Kasus kebencian publik ini diperhitungkan oleh IAI agar situasi serupa tidak terulang kembali di mana pun. IAI juga menggarisbawahi perlunya argumen untuk mendidik anggota masyarakat dan pejabat tentang peran strategis apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan.
Meskipun kasus ini kontroversial, akan tetapi telah membawa apresiasi yang lebih dalam terhadap peran apoteker dan kontribusi profesi mereka terhadap kesehatan secara umum. Hal ini semakin menekankan tanggung jawab masyarakat apoteker untuk bekerja sama dengan masyarakat dalam menginformasikan kepada mereka tentang fungsi dan praktik mereka. Di sisi lain, pejabat publik harus lebih berhati-hati dan peduli dengan apa yang mereka katakan, terutama ketika berbicara tentang profesi tertentu. Hal ini penting untuk menghilangkan perdebatan dan perselisihan yang tidak diinginkan serta membangun koeksistensi yang damai antara negara dengan profesi apapun.Â
Jadi, apoteker dan perannya tidak bisa disalahkan dalam kasus ini. Klarifikasi yang dibuat dan permintaan maaf yang disampaikan harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk menghargai dan bahkan meningkatkan peran apoteker dalam mempromosikan perawatan kesehatan. Kedepannya semoga profesi ini lebih dipahami dan dihormati oleh semua lapisan masyarakat termasuk anggota pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H