[Driver Gojek yang sedang melintas Menjadi Bulan-bulanan para supir taksi]Sebenarnya artikel ini saya buat sebagai aksi kekesalan saya pada kejadian hari ini di Ibukota tercinta.
Dilihat dari segi pendapatan, jelas para taksi-taksi panggilan itu menurun drastis, bukan hanya taksi, bajaj dan angkutan lainnya mungkin mengeluhkan hal yang sama. Kurangnya pendapatan mereka semenjak masyarakat indonesia senang menggunakan jasa transportasi online. Jelas, saya sebagai pengguna jasa transportasi online sangat kesal dengan banyaknya isu-isu bahkan sampai memuncak kemarahan mereka pada hari ini. Mereka menuntut agar transportasi online dihapuskan dari Indonesia.
Memang dari awal semenjak munculnya tren baru masyarakat menggunakan jasa transportasi online, banyak sekali problematika, mulai dari aksi protes yang dilakukan oleh oknum opang (ojek pangkalan) karena gojek, grabbike dan ojek online lainnya bermunculan dan menggangu pemasukan mereka, hingga isu bentrok itu hilang, dan para opang mau tak mau harus mengikuti perkembangan zaman, dan berbondong-bondong bergabung ke ojek online. Mereka juga mengakui, masyarakat sudah lebih cerdas untuk memilih transportasi yang aman, cepat dan ekonomis, serta cepat, bisa diakses dari smartphone mereka, dan praktis lah intinya.
Kemudian, pertengahan tahun 2015 taksi online mulai booming seperti halnya gojek. Kami para penumpang lebih merasa sangat terbantu dengan adanya taksi online, atau biasa disebut dengan layanan uber serta grabcar ini. Selain praktis, cepat dan aman, tarif yang cukup murah dari tarif taksi panggilan membuat kami merasa nyaman dan seperti ketergantungan menggunakan layanan ini. Jelas, mungkin ini sangat mengganggu pemasukan taksi-taksi panggilan itu, karena mereka belum menggunakan layanan online, hanya reservasi via telepon saja. Jelas sangat merepotkan, lama dan tarif juga belum tau berapa, tergantung jalanan. Lain halnya dengan grabcar, semacet apapun jalanan, kalau tarifnya 40 ribu ya 40 ribu, fix, dan lebih transparan lah intinya. Para driver juga ramah-ramah, dan tidak memutar-mutar jalanan supaya argonya jadi mahal (ini juga sudah pernah saya alami sendiri).
Intinya, pesan untuk perusahaan-perusahaan jasa transportasi, baik taksi, bajaj, dan lainnya, sudahlah.. akui saja, dan buat inovasi seperti itu juga supaya bisa mengikuti perkembangan zaman. Sama-sama cari uang buat hidup kan? jadi mengapa hanya mereka bukan plat kuning, atau perkara mereka tidak melakukan uji kendaraan berkala, membayar pajak (kalau ini saya tidak tahu, apakah perusahaan transportasi online membayar pajak atau tidak ke pemerintah) harus dipermasalahkan sih? Memang, demo itu penting juga buat menunjukkan rasa kesal kalian, tapi bisa kan tidak anarkis? bisa kan tertib? bisa kan tidak memblokade jalan-jalan utama? Kalian semua apa tidak merasa kasihan sama kami-kami ini? kami yang memang bisa dibilang tak tahu dengan apa yang kalian pikirkan. Sudahlah, negara kita sedang susah, jangan lagi dibuat susah. Rezeki kita sudah ada yang ngatur, kenapa tak mendekatkan diri saja sama yang mengatur? Be Smart !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H