PIJAR SEMANGAT ADA DI MATANYA
Namanya Tia, tapi saya lebih suka memanggilnya Tinul. Anaknya kecil mungil, manis, berkulit putih dan agak sipit. Tapi bukan itu yang membuatnya istimewa. Semangatnya yang luar biasa tidak pernah terlupakan bagi saya, mantan gurunya ketika dia SMA.
Kurang lebih sembilan tahun yang lalu, saya ketemu dengan Tinul di ruang tamu sekolah. Dia murid baru dan diantar ibunya. Seusai daftar ulang, ibunya ingin bertemu dengan guru matematika yang akan mengajar putrinya.
“Bu Guru saya mohon bimbingan untuk anak saya ini. Mulai SD dia pintar matematika, tapi anaknya agak bandel.” kata ibunya.
Saya tersenyum mendengarnya. Saya pikir ibunya agak berlebihan, bagaimana mungkin wajah manis dan imut ini masuk katagori anak bandel? Tapi beberapa bulan bersamanya dalam kegiatan belajar mengajar, saya tidak lagi meragukan kata-kata ibunya. Tinul adalah murid yang cerdas. Dengan mudah dia menerima materi matematika yang diberikan. Ketika SMP, dia sudah mewakili kabupaten dalam OSN matematika di propinsi dan berlanjut saat dia SMA.
Tapi jangan membayangkan Tinul adalah anak manis yang selalu mengumpulkan tugas-tugas sekolah paling awal. Wouw...tidak! Kadang-kadang dia harus dikejar dan ditagih. Seperti yang dikatakan ibunya dia agak bandel. Seperti kebanyakan remaja dia juga penyuka games dan manga. Tiada hari tanpa game...
“Masa belajar melulu buuu...? Gak asyik dong” katanya ceria. Itulah..dia selalu ceria dan penuh semangat. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, semangat di matanya untuk maju selalu menyala. Orang tuanya berprofesi sebagai pedagang di pasar kabupaten, dan mereka sekeluarga tinggal di kios sederhana merangkap rumah tinggal di sekitar pasar. Setiap hari Tinul harus naik turun bis dari kabupaten menuju sekolah yang ada di kota. Tapi tidak sekalipun saya melihat dia mengeluh. Hari-harinya selalu ceria dan penuh semangat.
Kebetulan sekolah tempat saya mengajar adalah salah satu Rintisan Sekolah Berstandart Internasional yang memungkinkan siswa yang berminat untuk mengikuti ujian sertifikasi internasional dari Cambridge. Tinul adalah salah satu peserta ujian A level untuk bidang mathematics dan mendapat nilai B. Selepas SMA di terima di jurusan matematika sebuah universitas ternama di Surabaya lewat jalur prestasi.
“Ini buat bu Erlin. Disimpan ya bu....! Jangan lupakan saya” katanya cengar-cengir ketika lebaran dia berkunjung ke rumah bareng teman-teman sekelasnya sambil menyerahkan sebuah bungkusan mungil. Ternyata isinya adalah foto saat dia wisuda sarjana. Seneng rasanya melihatnya berhasil menyelesaikan kuliahnya lebih awal. Dan lebih seneng lagi ketika beberapa bulan kemudian dia mendapat bea siswa ke australia untuk melanjutkan kuliah S2. Sekarang dia tengah menyelesaikan kuliahnya di The University of Melbourne Jurusan Mathematics.
Setiap Kamis malam dia tidak pernah lupa mengirim sms atau pesan di WhatsApp kepada kami, para gurunya, sekedar mengingatkan kami agar tidak lupa meluangkan waktu sejenak untuk membaca surat Al Kahfi.
Ah... Tinul... kami selalu merindukanmu. Merindukan semangatmu yang selalu menyala-nyala... merindukan ke’bandel’anmu...merindukan kecerdasanmu dan merindukan si anak ‘nakal’ yang sholeha. Dan dalam perjalanan saya sebagai pendidik, saya masih berharap akan lebih banyak menemukan Tinul-Tinul yang lain....;-)