Mohon tunggu...
Liem Kin Ang
Liem Kin Ang Mohon Tunggu... -

warga keturunan yang sudah melebur menjadi WNI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Fauzi Bowo

13 Agustus 2012   23:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tema “melanjutkan” ataukah “perubahan”, yang ditujukan untuk dua pasang calon gubernur-wakil gubernur, dalam Pemilukada DKI Jakarta 20 September mendatang, tidak boleh dilihat dengan cara pandang yang sangat simplistis.

Mereka yang berteriak “Jakarta butuh perubahan” jangan sampai menutup erat-erat mata hatinya bahwa Jakarta sesungguhnya sudah jauh berubah dalam lima tahun belakangan ini. Melanjutkan pun – tema yang ditujukan untuk incumbent Fauzi Bowo — harus bisa diartikan sebagai meneruskan pekerjaan atau program yang belum terselesaikan menuju sebuah perubahan yang dikehendaki. Memang membangun Jakarta itu gampang, cukup dengan mengangkat tongkat ajaib atau mengucapkan simsalabim?

Jakarta adalah kota dengan tingkat kompleksitas persoalannya yang sangat tinggi. Sebagai ibu kota negara RI, Jakarta memikul beban teramat berat dalam melayani lebih dari 9 juta warganya yang datang dari berbagai penjuru Tanah Air. Berbagai kebijakan dan program yang dihasilkan tak lepas dari kebijakan pemerintah pusat.

Ini bukan sebuah pembelaan, tapi sebuah ajakan agar warga Jakarta melihat berbagai persoalan kotanya secara jernih dan objektif. Tidak sepotong- sepotong, tidak juga dengan kritik membabi-buta. Ini sangat tidak adil. Seolah semua persoalan Jakarta bertumpu pada satu orang, sesosok manusia yang namanya Fauzi Bowo.

Sebagai warga Jakarta, kita jangan cepat terpukau oleh jargon, retorika, atau cap-cap negatif. Gaya komunikasi Foke – panggilan populer Fauzi Bowo — memang kurang bagus, tapi hasil kerjanya tetap bagus. Foke selalu melangkah dengan program-program terukur, terencana, by design. Meski tak cukup pandai berkomunikasi,

Foke tetaplah seorang pekerja keras dan cerdas. Itu dengan jelas bisa dilihat dari berbagai kesuksesan yang bisa dirasakan oleh warga Jakarta, tak kecuali wong cilik. Apa yang sesungguhnya dihasilkan dan sudah dirasakan warga Jakarta saat ini adalah bukti nyata dari kinerja terpuji dari Bang Foke selaku gubernur DKI Jakarta, tanpa gembar-gembor persloganan dan pencitraan politik.

Indikator kemajuan Jakarta di bawah Foke pun bisa dilihat dengan kasat mata. Produk domestik bruto (PDB) per kapita DKI Jakarta saat ini tercatat sekitar US$ 11.000, jauh di atas PDB perkapita nasional. Pertumbuhan ekonomi yang diraih Jakarta pun mencapai 6,7% atau di atas pertumbuhan Indonesia sebesar 6,4%. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin juga turun, yang terlihat dari penurunan rasio gini. Jumlah orang miskin di Ibu Kota kini hanya sekitar 0,64% dari total penduduk DKI Jakarta sekitar 9 juta.

Sedangkan rata-rata tingkat kemiskinan nasional masih 11,96%. Tingkat partisipasi pendidikan di Jakarta juga sudah mencapai 99%. Kemajuan pendidikan di DKI Jakarta juga bisa dilihat dari rangking kelulusan SMP dan SMA/SMK yang biasanya berada di nomor dua atau tiga untuk tingkat nasional. Pendidikan yang bagus ini antara lain karena guruguru di Jakarta bisa memperoleh gaji hingga Rp 7 juta per bulan. Rata-rata sekolah negeri di DKI Jakarta kini juga sudah jauh lebih bagus dari sekolahsekolah swasta yang terbaik.

Sedangkan program kesehatan, kini Pemprov DKI Jakarta sudah berhasil melayani 2,7 juta masyarakat menengah bawah. Merawat kesehatan bagi warga Jakarta yang tidak mampu, termasuk di rumah sakit-rumah sakit papan atas, bukan sebuah cerita kosong belaka. Semua kasat mata.

Kemacetan memang masih menjadi persoalan utama Jakarta saat ini. Namun, dalam tiga sampai empat tahun ke depan, kemacetan sudah bisa terurai. Sejumlah strategi telah disusun untuk mengatasi kemacetan Jakarta dengan membangun secara terintegrasi layanan transportasi massal: mass rapid transit (MRT), tol dalam kota, dan jalan layang nontol.

Sejumlah di antaranya bahkan kini sedang dibangun, seperti MRT jalur selatan-utara koridor I (Lebak Bulus–Bundaran Hotel Indonesia), yang akan selesai pada 2016. Pembangunan akan dilanjutkan dengan koridor II, rute Bundaran Hotel Indonesia-Kampung Bandan, pada 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun