Apakah Darmawan Salihin tak pernah diberitahu bahwa tanpa otopsi tak mungkin bisa diketahui penyebab kematian Mirna atau mungkin polisi yang harus bertanggungjawab tidak memaksakan otopsi padahal ada UU yang menyatakan polisi boleh memaksakan otopsi untuk kasus kematian yang mencurigakan meski keluarga tak setuju.
Akhirnya sidang tetap digelar dengan terdakwa Jessica setelah berkasnya bolak balik 4 kali dari kepolisian ke kejaksaan dan dibatas akhir habisnya masa penahanan Jessica, padahal langkah awal, yaitu otopsi jebazah dikewatkan, tuduhannya adalah pembunuhan dengan menggunakan racun sianida.
Sebelum sidang dimulai keluarga Mirna sudah membentuk opini tentang betapa bahayanya Jessica, mereka katanya punya detektif swasta dan koneksi kepolisian Australia yang mengatakan Jessica punya potensi jadi pembunuh orang yang tak disukainya dan katanya polisi itu mau didatangkan sebagai saksi, tapi sampai habis jatah jaksa menampilkan saksi, semua itu hanya omong kosong saja, polisi Australia itu tak pernah muncul dipersidangan, mungkin bapaknya Mirna sedang halusinasi? Entahlah, yang pasti opini sudah terbentuk bahwa Jessica orang yang bahaya, dan semua itu hanya terucap dari keluarga Mirna saja, tak pernah ada keterangan resmi dari manapun, sialnya adalah banyak orang gampang termakan opini itu dan meyakini Jessica sebagai pembunuh.
Menurut pengacara Jessica, Jessica sudah lewati lie detector dan hipnotis, semuanya lolos, tapi tetap jadi terdakwa, kalau begitu buat apa test2 tersebut dilakukan? Apakah cuma iseng2 saja? Entahlah, cuma polisi yang bisa jawab.
Pada awalnya polisi, jaksa dan keluarga Mirna, bahkan ahli yang didatangkan oleh jaksa ngotot warna mayat Mirna berwarna biru dan itu artinya mati karena racun sianida, seiring berjalannya waktu, datanglah ahli racun yang benar2 ahli, mereka berkata mati karena sianida punya ciri khas yaitu warna mayat adalah merah terang, mereka memberi keterangan dengan sangat gamblang dan ilmiah, dan secara tak tahu malu akhirnya para ahli dari jaksa dan keluarga Mirna berubah pikiran, ngotot, bahwa sesungguhnya jenazah Mirna berubah warna jadi merah saat akan dimandikan.
Kesannya jenazah Mirna itu bunglon, bisa ber ubah2 warnanya, padahal sejak awal juga Mirna terbunuh oleh sianida sangat lemah tuduhannya, saat baru meninggal dilambung tak ditemukan sianida, menurut BAP di lambung hanya ada 0,2 mg sianida swtelah 3 hari meninggal, itupun sudah diformalin, yang mana jumlah ini sangat jauh dari untuk bisa membunuh (minimal 150 mg baru bisa bunuh), diurin dan hati negatif juga, ga jelas kenapa bisa muncul tuduhan dibunuh pakai racun sianida, digelas sisa kopi barang bukti juga  sangat diragukan, katanya isinya 7.400 mg sianida, itu yg nulis 7.400 mg sianida di BAP tak tahu bahwa sianida sebanyak itu bakal bikin modar semua orang yg ada di kafe, jadi mungkin saja itu cuma ngarang.
Tadinya jaksa dan polisi ribut katanya Jessica sengaja buang celananya karena ada bukti celananya terpapar sianida dan jaksanya omong besar mau datangkan pembantu Jessica yang katanya buang celana atas suruhan Jessica, ternyata semua itu cuma gertak sambal, pembantu Jessica tak pernah didatangkan ke pengadilan untuk jadi saksi, padahal sesunguhnya celana itu dibuang karena robek, jadi wajar saja, celana itu robek setelah pulang ke rumah, kalau bener Jessica bunuh malah mungkin celananya ga dibuang tapi dicuci bersih ber kali2, jadi kalau diperiksa sudah aman, tak ada bukti sama sekali, ini kan dibuang karena robek dan mungkin tak terpikir bakal dijadikan terdakwa.
Soal kata minum dan mencicipi dari teman Mirna yang bernama Hani juga berusaha dimanipulasi oleh jaksa, ahli jaksa dan keluarga Mirna, mereka ngotot Hani tidak minum, hanya mencicipi, ternyata akhirnya datang keterangan yang sangat valid yang justru diucapkan oleh dokter pertama di RS Abdi Waluyo, bahwa Hani bukan sekedar mencicipi, tapi justru minum kopi yang sama yang diminum Mirna, antara kata "mencicipi" dan "minum" dalam kasus ini punya konotasi yang jauh berbeda, "mencicipi" berarti relatif sedikit yang masuk perut dan "minum" berarti yang masuk perut jauh lebih banyak daripada sekedar mencicipi, dokter di Abdi Waluyo berkata Hani ketakutan mati juga gara2 minum kopi yang sama, tapi untunglah, setelah diperiksa oleh dokter ternyata Hani tak mengalami masalah dan kelainan apapun.
Soal fakta di TKP yang dikatakan oleh BAP bahwa Mirna kejang2 (salah satu ciri orang keracunan sianida) dibantah dengan sangat tegas oleh saksi fakta di TKP bahwa Mirna sama sekali tidak kejang2, juga saksi lain, orang penting KIA Mobil Indonesia dengan tegas mengatakan Jessica menelepon seseorang sambil berdiri disebelah tempat duduk dia, tapi ternyata tak ada dalam rekaman CCTV, ini indikasi sangat kuat CCTV nya sudah direkayasa, dan diperkuat oleh ahli digital forensik yang dengan sangat jelas nenunjukkan fakta bahwa gerakan2 Jessica di CCTV yang ditunjukkan oleh ahli IT dari jaksa hanyalah me ngedip2kan pixel gambar saja, gelap terang gelap terang, sehingga menimbulkan efek pandangan mata se olah2 ada gerakan tangan Jessica dan pergeseran tas oleh Jessica, padahal kita semua bisa lihat dilayar TV saat di zooming dan dilambatkan, sama sekali tak ada gerakan2 itu, dan sangat mengherankan, sejak awal pengacara minta copy rekaman CCTV secara lengkap tidak diberi sama sekali, padahal jaksa leluasa melihat rekaman itu, sekarang sudang sudah mau selesai baru ditawari, ya pasti ditolak, karena tinggal sisa 3 x sidang sedangkan saksi dari pengacara masih ada 12 orang yg belum tampil, kalau menganalisa rekaman lagi akhirnya jadi tambah kacau jadwal sidangnya, jadi ini bisa disebut pengadilan yang tak adil sama sekali.
Ada kriminolog dari pihak JPU berlaku sebagai dukun, kata dia dengan lihat wajah saja bisa tahu seseorang itu punya potensi jadi pembunuh atau tidak, katanya orang dengan dagu lancip itu bahaya, kasihan sekali orang2 yg berdagu lancip, yang sama gilanya adalah psikolog yang profesor doktor, saat ditanya tentang analisanya dia cuma jawab "terserah saya... terserah saya...", "lazim atau tidak terserah saya", bener2 edan.
KompasTV mungkin menyadari ini semua, bahwa pembunuhan dengan sianida telah dipatahkan dengan telak, akhirnya mereka merubah judul acaranya, tadinya berjudul Sidang Kopi Bersianida dirubah jadi Sidang Pembunuhan Mirna.