Lama tak membuka lapak Kompasiana karna sesuatu hal buatku tak bisa berpaling ingin membaca artikel dari K'ners yang makin keren-keren dan buatku mulai gatal untuk ikutan belajar menulis lagi sebagai silahturahmi share dan connecting. Â Â
Setelah  membaca artikel hari ini dari Rumah Kayu berjudul Sedekah Ilmu (ketulusan itu masih ada) membuka pikiran ku  ternyata masih ada orang-orang yang punya hati mulia untuk berbagi tanpa mengharap imbalan di mana yang ku tau di jaman sekarang terlihat langka jikalau meminta bantuan seseorang pasti akan muncul label "wani piro" semoga saja artikel tersebut membuka mata hati kita semua untuk terus berbagi baik berupa ilmu, tenaga, ataupun materi kepada orang yang benar-benar membutuhkan tanpa hitungan imbalan atau wani piro.
Aku teringat seorang pimpinan di suatu perusahaan jasa angkutan lintas Sumatra-Jawa tempat ku bernaung dulu, dimana sang pimpinan memiliki kebaikan hati terhadap siapapun baik itu saudara,teman, atau pun  para karyawannya, sebut saja namanya Pak Jono (bukan nama sebenarnya) dimana ketika supir angkutannya sedang mengalami kesulitan karna kehabisan uang jalan maka biasa sang supir menghubungi ku selaku  kepala kendaraan untuk memohon bantuan pinjaman uang agar bisa meneruskan perjalanan hingga sampai tempat tujuan namun jawaban ku kala itu adalah cari saja pinjaman dengan supir lain atau usahakan sendiri bagaimana caranya. Akhirnya dengan segala daya upaya si supir menghubungi Pak Jono selaku pimpinan kita bersama untuk memohon bantuan, begitu bijaksana dan mudahnya pak Jono memberi bantuan pinjaman uang jalan  supir begitu saja tanpa pertimbangan yang berbelit-belit  dan alhasil pekerjaan supir menjadi lancar kembali.
Keesokan harinya Pak Jono menegur ku dengan tenangnya dia berkata "Len, harap di ingat bahwa isi perut supir di jalan tidak sama dengan isi perut kita di sini bahwa mereka memiliki tanggung jawab besar untuk membawa barang-barang angkutan itu selamat sampai tempat tujuan dan perlu di ingat pula tak perlu meributkan hal remeh temeh di telepon yang hanya membuang waktu dan tenaga cukup dengarkan keluhan para supir lalu berikan solusinya setelah para supir sudah tiba di garasi hal itu bisa di bicarakan kembali "sebuah teguran yang begitu dahsyat hingga buat jiwaku tersadar betapa egoisnya diri ini.
Pak Jono tak bosan-bosan untuk selalu mengingatkan kami semua  bahwa usahakan dalam hidup jangan berbuat macam-macam yang merugikan diri sendiri ataupun keluarga , jangan berurusan dengan hukum, jangan berurusan dengan rumah sakit dan jangan berurusan dengan narkoba. Beliau juga mengingatkan hidup ini tak ada yang instan dibutuhkan waktu 30-40 tahun untuk bisa menikmati hasil jerih payah yang kita kerjakan.
Meski Pak Jono berasal dari keluarga terpandang namun beliau tak pernah pamer akan kekayaannya ataupun menyombongkan diri ,beliau tak suka pergi ke pesta dan selalu berpakaian sederhana dengan keramahan dan rendah hatinya selalu menghargai siapapun dan membantu siapapun yang sedang mengalami kesulitan, bahkan setelah sekian lama ku tak lagi bekerja di tempat Pak Jono, beliau masih menyempatkan diri untuk datang ke rumah duka saat ayahku meninggal dunia beberapa bulan lalu.
Sungguh, Â kebaikan dan kebijaksanaan beliau setelah sekian lama berlalu masih terus ku ingat sepanjang masa ,banyak pelajaran hidup yang diberikannya. Semoga Yang Maha Kuasa akan selalu melimpahkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk pak Jono beserta keluarga.
Â
Bandar Lampung, 200316
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H