Adalah di sebuah negeri yang memiliki ribuan pulau yang tersebar di sepanjang garis Khatulistiwa. Sehingga Negeri ini di juluki “zambrut Khatulistiwa”, selain itu, negeri ini adalah negeri yang sangat kaya. Kaya akan hasil dari perut buminya seperti Emas,Timah,Tembaga,dan masih banyak lagi hasil tambang lainnya yang bisa di ambil dan di pakai untuk kesejahteraan rakyatnya. Negeri ini juga memiliki tanah yang sangat subur, bahkan salah satu pulaunya adalah pulau yang memiliki tanah tersubur di seluruh bumi ini, sehingga apapun yang di tanam di tanah ini akan tumbuh dan memberikan hasil yang sangat banyak.
Akan tetapi yang aneh adalah, sebagian besar rakyat di Negeri yang gemah ripah loh jinawi ini hidup dalam serba kekurangan. Dan negeri ini memiliki hutang yang sangat banyak,sehingga perlu beberapa generasi untuk membayarnya. Padahal hampir setiap hari,jam,menit, dan detik. Kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi negeri ini di tambang dan diangkut keluar dari negeri ini. Lalu kemanakah semua hasil penjualan tambang itu ?
Itulah yang menjadi pertanyaan setiap individu/rakyat yang ada di negeri ini. Akhirnya rakyat mengambil kesimpulan, bahwa hasil kekayaan alam negeri ini hanya di nikmati sebagian orang yang menjadi penguasa mereka, sebagian orang yang mereka pilih untuk mengelola negeri mereka beserta kekayaannya. Sebagian orang yang mengaku sanggup dan berjanji akan mensejahterahkan rakyat. Tetapi ternyata semua itu hanya janji-janji belaka. Saat mereka sudah terpilih, mereka langsung amnesia, lupa dengan janji-janji mereka.mereka para penguasa yang mengaku wakil rakyat ini, malah menumpuk kekayaan dari menjual hasil bumi negeri ini.
Sampai suatu saat rakyat negeri ini sadar bahwa mereka telah di tipu dan di bohongi oleh penguasa/ wakil yang mereka pilih tersebut.sehinggal rakyat mencari-cari, pribadi yang benar-benar jujur untuk mewakili mereka. Pribadi yang walaupun di sebut penguasa, tetapi mau melayani rakyatnya. Maka berlomba-lombalah banyak pribadi dari berbagai profesi dan pelosok negeri itu mengajukan dirinya.
Akhirnya tampillah seorang tukang kayu dari suatu pelosok negeri ini. Tukang kayu tersebut sudah membuktikan dirinya mampu membangun dan melayani di kotanya yang kecil. Dan sudah di pilih untuk mengelola kota yang lebih besar. Walaupun baru saja mengelola dalam waktu yang singkat bahkan baru seperempat waktu masa jabatannya, si tukang kayu bisa mengatasi banyak masalah dan mensejahterakan rakyat kota tersebut. Sehingga rakyat mengusulkan untuk memilih si tukang kayu ini menjadi pemimpin/penguasa “pelayan” bagi negeri ini. Agar rakyat negeri ini bisa menikmati hasil kekayaan bumi dan negeri mereka sendiri.
Akan tetapi, seorang Jenderal, mantan panglima perang, dimasa lalu,juga bernafsu untuk berkuasa. Sehingga terjadilah pertentangan di antara rakyat yanghendak memilih si tukang kayu dan Sang mantan panglima perang.
Sesuai dengan habitat atau kebiasaan masing-masing calon penguasa “pelayan” rakyat ini, maka pendukung kedua belah pihak ini juga terbagi mengikuti calon mereka. Di satu pihak sesuai dengan sifatnya yang keras dan berambisi, si pengikut Sang Jenderal mantan panglima perang selalu menyerang dan berusaha menjatuhkan si tukang kayu. Bahkan mulai berusaha mencari-cari kelemahan si tukang kayu. Sementara si tukang kayu yang memiliki sifat yang low profil,sederhana juga memiliki pengikut yang sesuai dengan sifatnya itu.
Dalam kehidupan sehari-hari juga terlihat perbedaan yang sangat mencolok diantara kedua kandidat. Perbedaan itu bisa di lihat dari berbagai segi.
Saat Sang Jenderal menaiki kendaraan yang bisa terbang di langit, dan memiliki istana yang indah diatas bukit. Si tukang kayu Cuma naik kendaraan yang biasa seperti rakyat kebanyakan, dan tinggal di rumah yang di berikan oleh rakyatnya.
Saat Sang jenderal berteriak bahwa dia akan berjuang dan mengusahakan kesejahteraan bagi rakyat negeri itu, si tukang kayu cuma diam dan setiap hari bekerja dan mengunjungi rakyat di kota yang dia pimpin untuk melihat dan mengusahakan apa yang di butuhkan rakyatnya.
Saat tidak setiap orang boleh masuk ke istana Sang jenderal yang yang mewah diatas bukit, bahkan mengintippun tidak boleh. Rumah dinas si tukang kayu bebas di datangi oleh siapa saja yang memiliki masalah dalam hidupnya.
Saat Sang Jenderal berteriak-teriak lantang, mencaci maki/memfitnah soal kemunafikan para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini yang jelas-jelas fitnah di tujukan kepada si tukang kayu. Si tukang kayu hanya tersenyum dan dengan rendah hati, serta menenangkan pengikutnya dengan berkata “aku rapopo”.
Saat pengikut si jenderal berkata si tukang kayu tidak bisa apa-apa dan akan menjadi boneka bagi sebagian orang. Si tukang kayu tetap tersenyum dan tetap bekerja.
Akhirnya si Jenderal dan pengikutnya kehabisan cara, dan mulai membabi buta. Karena mereka semakin takut kalah. Karena rakyat negeri ini sudah mulai mencela cara-cara mereka.
Dan hanya di negeri inilah “Sang Jenderal takut kepada Si Tukang kayu” karena ada rakyat dibelakangnya.
pilpres 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H