Pemilu sudah usai,walaupun hasil nyata masih di hitung oleh KPU,tetapi berdasarkan salah satu metode yang di percaya saat ini,yaitu ; hitung cepat, PDIP di nyatakan sebagai pemenang Pemilu legislative 2014.
Dan anehnya sebagai pemenang, begitu banyak pakar, ahli dan politisi, bahkan masyarakat umum yang memberi penilaian negative terhadap calon presiden dari PDIP. Sangat banyak pakar atau pengamat politik yang bersuara bahwa Jokowi efek tidak ngefek. Bahkan kalah dengan Prabowo efek, Rhoma efek dan efek-efek lainnya. Seolah-olah mereka bersukaria karena ternyata perolehan suara PDIP tidak signifikan. Tidak sesuai dengan survey-survei selama ini,saya yakin mereka akhirnya bisa sedikit tidur nyenyak karena ketakutan mereka tidak terjadi.
Sejak jokowi melompat dari kota Solo menjadi Gubernur yang memimpin Jakarta, para ahli,budayawan,politisi seolah-olah tidak rela akan kemenangan seorang Jokowi. Mereka bekoar-koar soal demokrasi,soal agama,soal budaya,tentang bagaimana jelek dan tidak mampunya seorang Jokowi menjadi pemimpin negeri ini. Bahkan terkadang argument mereka seperti anak kecil yang sedang debat kusir,bahkan ada seorang budayawan tua, yang di suatu acara bincang-bincang berteriak-teriak seolah tidak berpendidikan bahwa Jokowi salah,jokowi tidak mampu, hanya karena Jakarta masih macet. Bahkan saat ada Busway Mogok di jalanpun budayawan yang ngakunya berbudaya dan berpendidikan menyalahkan seorang Jokowi. Setealah di selidiki ternyata budayawan ini adalah salah seorang tiem sukses Cagub yang di kalahkan oleh Jokowi waktu pemilihan Daerah yang baru lalu.
Sejak itu rakyat jadi bertanya-tanya, apa maunya para ahli ini, para politisi “POROS KETERBELAKANGAN MENTAL” ini?, karena mereka bukannya membangun atau mendukung kemajuan bangsa ini,tetapi seperti mau mengadu domba rakyat dan menghancurkan bangsa ini.
Menurut pendapat saya pribadi,kenaikan suara PDIP yang tidak signifikan ini. Bukanlah karena Jokowi efek tidak berpengaruh, akan tetapi karena rakyat sudah semakin pintar. Rakyat di saat pemilu legislative kemarin, sudah bukan memilih partai politik lagi. Tetapi memilih Caleg yang mereka kenal. Jadi partai tidak terlalu berpengaruh. Contohnya di daerah perumahan penulis, para pemilih bisa saja memilih anggota DPR RI dari partai A, tetapi memilih anggota DPRD Provinsi dari partai B, dan memilih anggota DPRD kota/kabupaten dari partai C. ini menunjukan,bahwa rakyat sudah semakin pintar. Rakyat sudah tidak tertipu lagi oleh program-program dari partai politik. Kenapa?, karena biar bagaimanapun bagusnya program dari partai politik,jika anggota atau wakil rakyat yang terpilih mentalnya bobrok,tetap saja program itu tidak berguna alias percuma. Karena itu, rakyat mulai memilih anggota DPR yang minimal mereka kenal.
Rakyat sangat merindukan pemimpin yang mau memperhatikan kesejahteraan rakyat. Rakyat tidak perlu pemimpin yang hanya bisa berteriak-teriak di mimbar,berteriak-teriak di siaran langsung televisi. Rakyat Indonesia sejak zaman dahulu kala bisa mencari makan sendiri. Karena Negara ini kaya, Negara ini subur sehingga walaupun Cuma punya lahan 10 x 10 meter persegi, rakyat bisa hidup dari menanam bahan makanan. Rakyat hanya perlu jaminan, kalau sakit bisa kedokter dan anak-anak mereka bisa sekolah. Seorang Jokowi melalui programnya memberikan itu kepada rakyat. Bahkan rakyat di luar warga Jakarta sangat iri dan menginginkan program seperti Kartu Jakarta Sehat, dan Kartu Jakarta Pintar. Bukan program yang bagi-bagi uang Rp.100.000/keluarga/bulan. Uang Rp.100.000/bulan tidak ada artinya buat memenuhi kebutuhan rakyat, bahkan mengajarkan rakyat mental seorang peminta-minta. Jadi jangan heran kalau sekarang makin banyak pengemis atau peminta-minta di jalan.
Kesimpulannya rakyat pasti memilih pemimpin yang akan mensejahterakan mereka. Jadi kepada para ahli,para budayawan,para politisi (poros keterbelakangan mental). Percuma kalian berteriak-teriak menjelekkan seseorang, karena rakyat sudah semakin pandai dan pintar menilai. Rakyat bahkan jijik melihat tingkah laku kalian di media online. Jadi saran saya, marilah kalian bersaing secara jujur untuk memenangkan jagoan kalian. Bicaralah dari hati nurani kalian,janganlah menghalalkan segala cara untuk hanya supaya bisa berkuasa. Karena jika kalian benar ingin mengabdi,kalian bisa melihat track record calon yang kalian sanjung. Janganlah hanya karena seseorang menjadi idola para rakyat, kalian jadikan beliau musuh bersama. Seperti kalian katakana, suara rakyat adalah suara Tuhan, karena itu kalian tidak akan bisa melawannya.
NB:sekedar coretan iseng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H