Mohon tunggu...
Dhewi Lau
Dhewi Lau Mohon Tunggu... -

Ich bin Studentin an der Unesa :) ich liebe KPOP :D

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Doping dan Peningkatan Stamina dalam Olahraga

20 November 2011   02:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hampir setiap atlet pernah menggunakan obat untuk meningkatkan performa mereka. Padahal sebelum bertanding semua atlet tersebut harus menjalani kontrol doping.

Dalam dunia olahraga, doping merujuk pada penggunaan obat peningkat performa oleh para atlet agar dapat meningkatkan performa atlet tersebut. Akibatnya, doping dilarang oleh banyak organisasi olahraga.

Menurut IOC (International Olympic Committee) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.

Namun, banyak sekali atlet-atlet yang terbukti menggunakan doping pada event-event olahraga. Diantaranya,pada tahun 1988 pelari tercepat di dunia di Seoul harus mengembalikan kembali medali emasnya setelah terbukti menggunakan doping.

Selain itu, sejarah abad modern mencatat banyaknya atlet pengguna doping, seperti pada tahun 1886, seorang pembalap sepeda Perancis yang mengikuti lomba balap 600 Km meninggal setelah menggunakan Trimethyl. Tahun 1980 Ben Johnson, pelari cepat 100 meter dicopot gelar juaranya karena ketahuan menggunakan Anabolic Steroid pada Olimpiade Soul. Kemudian pada tahun 2006, pelari Amerika Serikat Justin Gatlin harus menerima sanksi larangan tampil dalam olimpiade lari selama empat tahun dari Badan Anti Doping Amerika Serikat (USADA), akibat terbukti positif menggunakan doping. Lalu, pada tahun 2007, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mencabut lima medali yang diraih Marion Jones di ajang Olimpiade XXVII di Syndey, Australia tahun 2000 karena terbukti memakai steroid. Tahun 2008, Pegulat andalan China, Luo Meng, dihukum seumur hidup dan tidak bisa mengikuti Olimpiade Beijing setelah terbukti menggunakan doping. Dan pada tahun 2011 Alexandr Kolobnev jadi pembalap pertama yang terdeteksi positif mengkonsumsi doping di TdF 2011.

Tapi, sekarang ini para atlet banyak menggunakan zat-zat yang membuatdoping sulit untuk dideteksi. Seperti zat Hydrochlorothiazide yang bisa dipakai untuk menutupi keberadaan obat-obat lain. Untuk alasan ini, ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan untuk isions liberal. Seharusnya rencana initelah menemukan banyak persetujuan dari federasi olahraga. Jadi, diharapkan untuk segera mengubah suatu system dalam olahraga Olimpiade. Mungkin atlet yang memakai doping tersebut, tidak diperbolehkan tampil dalam waktu yang cukup lama.

Sampai saat itu, benar-benar tidak akan ada lagi tepuk tangan dari penonton, selain menunggu adanya penyelesaian dari analisis doping.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Doping

http://beritaaneh.com/2010/11/penggunaan-doping-dalam-olahraga/

olahraga.infogue.com

Antara news


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun