Mohon tunggu...
El Wurru
El Wurru Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang menyatukan satu harapan : Belajar dari setiap karya. Webblog : http://sanobar-i.blogspot.com/ Follow : @LidyaSanobari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tere Liye, Perempuan Malam

26 Februari 2016   15:44 Diperbarui: 26 Februari 2016   16:10 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seratus depalan puluh derajat berbalik. Tidak pernah membayangkan. Tidak pernah. Tidak ada juga orang lain pun sahabat yang akhirnya mampu mengubahnya. #seriusamat!! Sampai suatu dini hari, waktu biasanya sedang mengukir banyak bunga tidur karena kebanyakan pikiran_tapi waktu itulah anggapan saya berubah. Tentang apa?

TERE LIYE. Ada banyak orang yang mungkin punya anggapan yang sama dengan daku. Tere Liye itu seorang perempuan menor, suka dandan pokoknya, dengan pikiran lembut, menyukai dunia malam, jarang di rumah, jarang makan, jarang mandi tapi suka minum kopi tanpa Sianida hahaha… dini hari, tgl 19 Februari 2016 saya terbakar semangatnya untuk menulis. 

Kenapa sampai akhirnya saya masih melek? Karena saya punya kebiasaan tidur sore, jam 5 sampai jam 8, 9, bahkan jam 12 tengah malam. Dan kali ini kebiasaan saya sama. Terulang. Tidak percaya? Tanyalah tetanggamu mungkin dia punya buktinya. #hubungannya dengan terbakar semangat? Karena lagi melek aja (

Saya ingat satu caption yang tidak terlalu tahu siapa pencetusnya : “penulis yang baik adalah pembaca yang ulung”. Saya kan mau jadi penulis. Lantas saya mencari-cari artikel yang menjawab masalah saya yaitu apa yang harus diketahui seseorang sebelum menulis selain menjadi pembaca ulung. 

Berjumpalah saya dengan sebuah artikel blog : “8 fakta menarik dari Tere Liye…” (kira-kira begitu judulnya, kalau salah maafkan, saya tidak akan menulis lagi tentang ini. Delapan fakta ini dikutip dari seminar Tere Liye di salah satu kampus di Jogja. Sesuai dengan kebutuhan saya (gumam saya). 

Saya terus menggiring ke bawah, melanjutkan, terus membaca fakta-fakta itu. Kembali ke atas, mengejutkan “1. Tere Liye itu laki-laki” .. duwarrrr… bagaimana ia tahu bahwa seorang gadis, pada dini hari akan membaca blognya dan gadis itu punya anggapan bahwa Tere Liye adalah Perempuan Malam? Bagaimana kamu tahu mas? Dia melanjutkan menulis (tanpa peduli rasaku, mengabaikan pertanyaanku hufftth… ), “Tere Liye adalah laki-laki sederhana, (ingat, menjadi laki-laki seperti apa adanya itu menarik sama juga dengan perempuan) Tere Liye suka memakai kaos, celana panjang, senang mengenakan kupluk”, mungkin untuk menutupi rambutnya dari sinar matahari yang menyerang..  ya iyalah.. ya bisa.. tapi bisa juga karena yang lain, gaya mungkin, identitas mungkin. Hanya Bang Tere Liye yang tahu. Mas Blogger, bagaimana kamu tahu bahwa akulah salah seorang yang memikirkan Tere Liye itu Perempuan yang jarang mandi hanya dari melihat cover novel-novelnya? Bagaimana mas? #jawab

Kembali lagi ke pikiran saya yang dulu. Dua tahun lalu, pertama kali saya melihat nama Bang Tere Liye terpampang di rak-rak buku di Gramedia (#pertama bagi saya). Seperti semua bukunya, Tere Liye tidak memampang foto dirinya (katanya begitu karena saya sendiri sudah lupa ( ). Dari sanalah anggapan itu bermula. #darimana? 

Tere Liye perempuan menor, aktif menulis, mata tajam, menyukai perpustakaan dan café. Dari cover. Don’t judge the book by the cover. Tapi Tere Liye tidak menjelaskan kalau ia laki-laki. Sesungguhnya semangat saya pun sudah dibakarnya waktu itu, hanya kekurangan bensin akhirnya padam lagi.. haha.. 

Point 5 : “DILARANG MALAS!!” Mas blogger tadi mengeluarkan senjata ini. Aturan lama dalam dunia kesusastraan sejagat raya. Bagaimana suatu larangan malas bisa efektif untuk bisa menjadi penulis? Bukankah aturan dicipta untuk dilanggar? “Semakin dilarang semakin menjadi”. Kata anak alay. Emang bisa dilarang malas? Susah deh kata itu tidak keluar dari mulut. 

Soalnya yang keluar dari mulut itu dipengaruhi oleh bawaan dari dalam hati sih. Hatilah pencetus kemalasan. Akhirnya banyak pemalas di dunia  ini. Kalau sudah malas, ya yang keluar malas juga. Pantas aja Bang Tere Liye (saya harus membiasakan memanggil nama laki-laki ini)_wajar saja dia melarang MALAS.

“Jangan malas menulis” pernah jadi ayat hafalan. Tapi lupa lagi  (bolong-bolong). Sekarang seorang blogger mempromosikan trik Bang Tere Liye yang bukan perempuan malam itu, membentak, memaksa menghafal lagi ayat-ayat itu. DILARANG MALAS!! (entah ini kata-kata keluar dari mulut Bang Tere atau kata-kata dari mas blogger tadi, tapi intinya mereka berdua kerjasama. Bang Tere Liye menjelaskan, dan mas blogger menyimak #memangnya blogger itu pasti laki2? Gak sempatpun lihat nama dan fotonya. Akh nama sudah menipu saya. Sudahlah. Intinya : RAJIN menulis biar jadi penulis terkenal kayak Chairil Anwar, Seno Gumira Adjidarma, Andrea Hirata, Dee, Raditya Dika.  

Yukk kita ganti kata MALAS jadi RAJIN… itu menarik… biar mengurangi pemalas di muka bumi ini hahhaa..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun