Pernahkah terpikirkan oleh teman-teman bahwa di setiap wisata yang kita kunjungi, mereka memiliki sesuatu yang 'tersembunyi' entah itu spot hidden gem yang bisa kita nikmati, keindahan alam yang masih asri, sosial masyarakat disekitar yang menarik perhatian, atau bahkan terpikir di benak teman-teman fungsi dari segi alam tentang wisata tersebut. Nah mari kita telisik lebih dalam lagi. Kali ini saya penulis membawakan satu destinasi wisata yakni Mata Air Senjoyo. Mata Air Senjoyo atau yang lebih dikenal dengan julukan "Umbul Senjoyo" atau "Kali Njoyo". Destinasi wisata ini berada di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Akses masuk ke daerah wisata ini lebih mudah ditempuh lewat Jalan Senjoyo,  di sebelah barat dengan rute melalui Jalan Tingkir. Luas Mata Air ini berkisar antara 1,5 hektar ini hanya wilayah airnya saja. Sedangkan wilayah keseluruhan dari mata air ini yang mencakup dataran/tanah dan air berkisar antara 19 ribu hektar. Menurut Balai Desa Bordi Kuto Kabupaten Semarang, luas layanan pendistribusian air di umbul senjoyo ini mencakup wilayah 2.235 hektar.
Yuk kenali lebih dalam lagi teman, selain dikenal sebagai tempat wisata, apasih fungsi lain dari destinasi ini. Mata Air Senjoyo merupakan salah satu PDAM di Kabupaten Semarang, air dari mata air ini didistribusikan ke beberapa desa seperti Desa Tegalwaton, Desa Bener, Dusun Kadipurwo, Tingkir, dan Suruh wilayah layanannya mencakup 2.235 hektar. Selain sebagai PDAM di Senjoyo sendiri melayani pengambilan air oleh tangki air, yang nantinya akan didistribusikan ke wilayah yang membutuhkan air, saat musim kemarau misalnya. Mata Air Senjoyo, mempunyai air yang berlimpah, dari mana sih datangnya? Jadi teman-teman di sekitar mata air ini terdapat banyak sekali pohon-pohon yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Pemerintah setempat terus melestarikan dan menjaga pohon-pohon ini, karena lewat sinilah air yang melimpah itu didapat, pohon sebagai filter alami bagi air yang tersedia di tanah dan air hujan. Fungsi pepohonan di Senjoyo juga banyak sekali, topografi di Senjoyo sendiri seperti berbukit, ada bagian tinggi dan rendahnya, peran pohon disini sebagai pencegah longsor tanah diatasnya, pencegah erosi lapisan tanah di sungai itu sendiri karena akar akan  mencengkeram kuat tanah yang membesarkannya. Relatif semua pohon di Senjoyo besar dan rindang maka pohon-pohon ini menjadi kanopi alami. Dengan banyaknya pohon yang rindang tentu menjadikan kualitas udaranya juga bagus bukan? Oiya satu lagi teman-teman, di bagian hilir Senjoyo yang mengarah ke Kadipurwo dibangun Dam dikanan dan dikiri aliran sungai, Dam ini berfungsi sebagai saluran air juga fungsi lain mencegah erosi tanah. Berikut tadi hasil telusuran kita dari aspek konservasi alamnya. Lalu bagaimana dengan kondisi sosial ekonomi dan budayanya? Mari saya ceritakan di bawah ini.
Dikenal dengan destinasi wisata alam tentunya menjadikan Senjoyo banjir pengunjung. Apalagi saat weekend. Untuk masuk ke destinasi wisata ini pengunjung hanya perlu membayar parkir kendaraan dan tiket masuk yang berkisar antara 5-10 ribu rupiah. Di Senjoyo masyakat memanfaatkan peluang ekonomi ini, mereka berjualan disana, ada berbagai macam jajanan yang dipasarkan, yang pasti bisa ditemui adalah jagung bakar Senjoyo. Masyakat sekitar juga memberikan jasa sewa bebek-bebakan, perahu kecil/sampan kepada pengunjung dengan tarif yang masih terjangkau. Beberapa spot di Senjoyo dipelihara/ditebar benih ikan oleh pemerintah setempat, pengunjung bisa menikmati sensasi memberi makan ikan dengan pakan yang bisa dibeli dengan harga terjangkau. Di Senjoyo sendiri terkadang juga terdapat live music oleh musisi setempat yang tentunya digemari oleh pengunjung. Spot yang masih asri dengan layanan jasa yang memuaskan menjadikan healing teman-teman lebih berkesan.
Nguri Uri Budaya Jawi slogan ini menggambarkan bagaimana mana destinasi wisata Senjoyo ini ikut serta dalam melestarikan budayanya. Setiap tahunnya di Senjoyo selalu ramai saat padusan, di Senjoyo juga digunakan bagi sebagian orang untuk kungkum dalam rangka meditasi dan pembersihan diri, terkadang juga ada tradisi Dawuhan disana. Di setiap sudut atau pohon pohon yang tumbuh teman-teman akan menemukan dupa dan kemenyan yang diletakkan disana. Jangan takut, bagi masyarakat sekitar hal tersebut dilakukan untuk sarana menghormati leluhur, dengan diletakkan dupa dan kemenyan ini juga membuat pengunjung yang datang akan lebih hati-hati dan menghormati alam disana. Karena dupa dan kemenyan identik dengan hal ghaib bagi sebagian orang, padahal fungsinya disini tentu berbeda dengan isi pikiran teman-teman. Setiap hal bisa menjadi pembelajaran. Begitu juga destinasi ini, bagi yang suka mengeksplor alam, datang ke Senjoyo memberikan kesan tersendiri. Kita bisa belajar langsung dari alamnya, bagaimana interaksi makhluk hidup didalamnya, bagaimana kita menghargai budaya yang terkandung didalamnya, bagaimana kaitannya dengan alam, bagaimana cara kerjanya, kehidupan sosial budaya dan ekonominya memberikan sudut pandang yang berbeda bagi kita tentang eksplor alam ini.  Hasil telusuran kita berhenti sampai disini. Sampai jumpa lain waktu di destinasi yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H