"That fear of missing out on things makes you miss out on everything" -Etty Hillesum.
Pernahkah kalian melihat trending di Instagram, X, atau TikTok, dan merasa bahwa kalian harus mengikuti trend tersebut? Apakah perasaan seperti itu seakan mengganggu kalian? Fenomena tersebut terkenal dengan istilah FOMO. Nah, apakah kalian pernah mendengar istilah FOMO itu? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Apa itu FOMO?
FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out, yaitu perasaan takut tertinggal akan sesuatu. Fenomena ini merupakan fenomena psikologis yang kerap terjadi di era modern pada saat ini, dimana orang-orang yang mengalami kondisi ini merasa takut atau cemas akan tertinggal momen yang sedang tren. Istilah 'FOMO' pertama kali dicetuskan pada tahun 1996 oleh Dan Herman, seorang ahli strategi pemasaran, yang juga menerbitkan makalah akademis pertama tentang FOMO pada tahun 2000 di The Journal of Brand Management. Media sosial berperan besar dalam menimbulkan fenomena ini, karena dari media sosial banyak orang bisa mengetahui apa saja yang sedang populer atau menjadi suatu tren.
FOMO lebih banyak terjadi pada kalangan remaja, dikarenakan pengguna media sosial didominasi oleh remaja. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat persentase pengguna media sosial pada tahun 2021-2022 yang berusia 13-18 tahun telah mencapai 99,16%. FOMO bisa menimbulkan dampak negatif bagi kondisi mental seseorang, karena terus menimbulkan rasa cemas dan takut, dan itu bisa berbahaya bagi para remaja untuk mengalami kondisi tersebut.
FOMO dapat diidentifikasi melalui beberapa gejala, seperti:
- Selalu merasa tidak puas akan sesuatu: perasaan dimana seseorang terus merasa bahwa dia harus mengikuti tren-tren yang ada membuat orang tersebut tidak akan puas dengan apa yang sudah dia peroleh jika sudah muncul tren baru. Seseorang akan merasa kehidupannya kurang menarik dibandingkan dengan kehidupan orang lain.
- Menggunakan media sosial secara berlebihan: media sosial yang menjadi 'wadah' bagi tren-tren bermunculan menyebabkan orang-orang yang terkena FOMO akan terus berseluncur di media sosial mereka agar tidak tertinggal topik tren yang ada. Mereka akan lebih sering mengecek ponsel  dan media sosial mereka dan lebih peduli pada kehidupan di dunia maya daripada kehidupan di dunia nyata.
- Rasa cemas berlebihan hingga sulit berkonsentrasi: orang-orang dengan FOMO akan merasa cemas ketika melihat orang lain di media sosial yang mengunggah aktivitas menarik, seperti melakukan sesuatu yang sedang viral atau pergi berlibur. Hal itu bisa menyebabkan sulit berkonsentrasi ketika melakukan aktivitas sehari-hari karena pikiran cenderung teralihkan dengan apa yang dilakukan oleh orang lain dan merasa bahwa mereka harus melakukannya juga.
Dampak FOMO bagi Kehidupan
Jika FOMO terus terjadi pada kehidupan seseorang, maka itu bisa memengaruhi kondisi psikologis, hingga berdampak jangka panjang pada kehidupan sosial orang tersebut. FOMO dapat meningkatkan risiko kecemasan, stres, hingga depresi. Kondisi mental seseorang yang terkena FOMO bisa terganggu karena mereka cenderung merasa terjebak di lingkaran negatif dan tak bisa menemukan kebahagiaan. Mereka yang mengalami FOMO akan merelakan kebahagiaan mereka untuk terus fokus mengejar tren sosial yang ada, dan akan merasa tidak puas ketika telah mencapai sesuatu. FOMO juga seringkali menyebabkan individu akan kehilangan momen berharga di kehidupan nyata karena lebih sering berfokus pada kehidupan di media sosial. Hal ini juga bisa berdampak pada hubungan individu tersebut dengan keluarga atau teman di dunia nyata. Dalam beberapa kondisi, FOMO juga memengaruhi tingkat produktivitas seseorang, dimana rasa cemas berlebihan hingga ketergantungan pada media sosial bisa menyebabkan seseorang tidak bisa fokus menyelesaikan pekerjaannya di kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan