Mohon tunggu...
Lidyaku Manise
Lidyaku Manise Mohon Tunggu... -

Menulis sampai patah jari-jariku ini... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memeluk Angin

1 Agustus 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Preeti adalah gadis kota, yang dibesarkan dalam keluarga kaya. Dari kecil Dia selalu dimanjakan dengan fasilitas yang lebih, dan besar dalam asuhan pembntunya. Semua keinginanya selalu dipenuhi orang tua, hingga sifat keras hati menjadi kepribadiannya.

****

Ayahnya seorang kontaraktor sukses. Dia memiliki kenalan yang juga sama-sama pengusaha, dan seperti dalam pemikirannya, Ayah Preety menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Akhirnya dia dijodohkan dengan anak salah satu kerabatnya. Preety yang memiliki kehidupan layaknya borjuis, suka dunia malam dan berkenalan dengan barang-barang mewah, memiliki kesamaan dengan Romy. Mereka kemudian menikah.

****

Perlahan, kehidupan dan cara berfikir Preety mulai berubah, dia makin dewasa menyikapi hidup. Sebagai istri dia mencoba bersikap semestinya. Bekerja di salah satu instansi pemerintah, dan suaminya bekerja di perusahaan Ayahnya.

****

Tiga tahun menikah Mereka belum juga dikaruniai anak. Preety mulai merasakan kekurangan itu, meski rasa cinta suaminya tidak pernah bekurang. Dia menjadi lebih cepat tersinggung dan selalu cemburu.

Romy yang merasakan perubahaan Preety menyarankan untuk mengadopsi anak. Namun, preety justeru menjadi lebih sensitif. Setiap melihat perlakuan Romy kepada anak angkat mereka, Preety makin merasakan kekurangannya. Dan cintanya kapada anak itu masih terbatas.

*****

Dia mencari kesibukan sebagai pelarian hatinya yang gundah. Dia mulai dekat dengan novel-novel, dan menganggap tokoh-tokoh dalam novel sebagai dirinya. Dai selalu bersikap seperti tokoh yang disukainnya.

Suatu ketika Romy terkejut saat Preety mengatakan ingin melanjutkan kuliahnya. Gagasan kuliah itupun diinspirasi dari tokoh-tokoh wanita yang dibacanya dalam novel. Dia melanjutkan pendidikan S2, dan menikmati bentuk pelarian itu.

*****

Dia mulai menapatkan banyak teman,dan perlahan kebiasaan lamanya kembali muncul. Dia mulai menyukai dunia malam, dan terbuka dengan pria-pria. salah satu temannya yang paling akrab adalah Afdal, pria desa yang sederhana. Secara fisik, afdal cukup menarik, berbadan tinggi, dan terlihat tegar. Semua keluhan dalam rumah tangganya selalu diceritakan ke temannya itu. Seperti menapat sihir, nasihat-nasihat dari Afdal memberi sugeti tehadap dirinya. Setiap kali berbincang-bincang denga Afdal dia mendapat ketengangan batin.

****

Kekraban mereka berlanjut. Bahkan menjadi lebih intim. Dia meras, sikap dewasa Afdal seperti filusuf dalam rekaan novel. Sangat menarik. Preety makin menganggumin Afdal, dan diam-diam merasa cemburu, jika melihatnya dekat dengan teman-teman perempuan.

Sikap itu ditunjukan secara terbuka. Bahkan Dia mengungkapkan kekagumannya ke pada Afdal, dan meminta agar pereasaanya tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka sepakat menjalani perselingkuhan yang menggairahkan itu.

Romy yang kebanyakan berada di luar daerah seperti menjadi legitimasi cinta terlarang mereka. Hasratnya selalu menggebu-gebu saat bertemu dengan Afdal. Dia tergila-gila dengan sosok dan Afdal. Dan tidak jarang, dia menjelek-jelekan Romy di hadapan Afdal.

****

Cinta itu mulai mengakar dihatinya. Preety merasa ketergantungan kepada Afdal makin tinggi. Dia membutuhkan Afdal sebagai penghibur hasratnya yang terkungkung lama. Sendangkan rasa sayang kepada Romy terselubung di sudut hati yang berbeda. Seperti dua ruang yang mencolok di dalam rongga dadanya. Antara gelora wanita dewasa dan ketulusan cinta yang suci. Kedua-duanya menjadi candu yang melengkapi.

Namun, lama-kelamaan sifat laki-laki Afdal memberontak, dan menginginakan dominasi cinta layaknya pria-pria berwibawa. Dia menginginkan Preety sepenuhnya, saat Preety mulai mengandung anaknya.

Saat-saa yag ditakutkan tiba. Setelah, menyelesaikan kuliah, Afdal mulai berkomitmen dengan tekadnya itu. Meminta Preety membuat pilihan.

****

Seperti menodong moncong revolver berisi satu butir peluru dikepala. Setiap ketukan pelatuk menentukan hidup. Preety harus menentukan pilihan yang berisiko. Jika memilih Afdal berbarti dia menghancurkan cinta tulusnya, yang sudah dibanguna puluhan tahun, dan bersiap dikuncilkan dari keluargannya.

Namun jika memilih Romy berarti hargadirinya sebagai wanita sejati harus pupus. Buah hati yang dikadungnya harus digugurkan, dan gelora cintanya dikubur dalam-dalam.

Preety merasa, berada dalam permainan dunia, seperti kisa-kisah dalam novel yang dibacannya. Berkali-kali dia mempertimbangakan pilihan itu namun selalu tidak berujung. Waktu seakan begitu cepat, pertumbuhan janinnya terus membesar, dan itu seperti garis pembatas untuk segera memutuskan pilihan.

Perenungan itu akhirnya berakhir dengan keputusan diluar pikirannya. Dia memilih kematian sebagai jalan damai yang tidak menrusak apapun. cinta tulusnya, dan semagant hidupanya. Dia merasa lebih tenang jika pergi bersama-sama bayi yang dikandungnya itu. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun