Media sosial seperti instagram tiktok dan lain sebagainya kini menjadi platfrom utama remaja untuk berinteraksi mengakses beberapa informasi bahkan mengekspresikan diri. Hal ini membuat media sosial bukan hanya sekedar sebagai alat atau sarana inforamasi melainkan juga menjadi sarana mengamalkan nilai nilai moral, budaya dan salah satunya ajaran keagama. Para influenser bahkan kelompok keagamaan seringkali memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk berdakwah atau memberikan edukasi spritiual sehingga dapat membentuk atau mencipatakan ruang baru bagi interaksi keagamaan dimana umat beragama bisa menggunakan nya sebagai sarana edukasi agama tanpa di bataasi oleh jarak dan fisik. Media sosial juga telah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja di era digital. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga ruang di mana identitas, dan ekspresi keagamaan terbentuk dan berkembang. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah bagaimana media sosial memengaruhi keputusan remaja Muslim dalam memakai hijab, baik sebagai bentuk simbol religiusitas maupun bagian dari gaya hidup modern.
Hijab, sebagai salah satu simbol religiusitas dalam Islam, sering kali menjadi objek dan eksplorasi di media sosial. Banyak remaja terinspirasi oleh konten yang dibuat oleh influencer, tutorial hijab, hingga komunitas daring seperti Hijabers Community. Media sosial juga menjadi ruang remaja yang dapat bertanya, berdiskusi, dan mengkaji ulang pemahaman mereka tentang hijab. Dalam proses ini, mereka tidak hanya terpengaruh oleh teman sebaya, tetapi juga oleh para influenser, wacana global tentang Islam dan femininitas. Sebagai hasilnya, muncul pemahaman yang lebih dinamis tentang peran hijab dalam kehidupan modern, yang sering kali berbeda dengan pandangan tradisional.
Â
Media sosial memungkinkan remaja untuk mengakses beragam konten terkait agama dan gaya hidup Islami. Influencer hijab, misalnya, menjadi figur penting yang mempromosikan nilai-nilai keislaman melalui konten yang menarik. Mereka menyajikan hijab tidak hanya sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai simbol identitas yang dapat dipadukan dengan tren mode modern. Melalui tutorial hijab, panduan berpakaian Islami, hingga cerita spiritual, remaja mendapat inspirasi untuk menjadikan hijab sebagai bagian dari kehidupan mereka. Pemakaian hijab di kalangan remaja sering kali dipengaruhi oleh tren yang berkembang di media sosial. Hijab tidak lagi sekadar simbol ketaatan kepada Tuhan, tetapi juga menjadi elemen yang merefleksikan kepribadian dan selera fashion. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial berperan dalam mendefinisikan ulang makna religiusitas, di mana aspek estetika dan spiritualitas berjalan beriringan.
Untuk dapat memahami lebih mendalam mengenai peran media sosial dalam membangun identitas keagamaan remaja, penelitian ini menggunakan metode kualiatatif dengan melakukan wawancara  kepada beberapa remaja perempuan yang aktif menggunakan media sosial dan memutuskan untuk mengenakan hijab. Wawancara dilakukan untuk mengeksplorasi motivasi mereka dalam mengenakan hijab, bagaimana media sosial memengaruhi keputusan tersebut, serta pandangan mereka tentang hijab sebagai simbol religiusitas. Hasil wawancara ini memberikan gambaran nyata tentang proses yang dialami remaja, mulai dari paparan konten di media sosial hingga interaksi dengan komunitas online yang mendukung transformasi identitas religius mereka. Hasil wawancara oleh salah satu narasumber, Nurul (20 tahun), menyatakan bahwa keputusannya untuk berhijab pada awalnya dipengaruhi oleh dorongan keluarga. Namun, keterlibatannya dalam media sosial memberikan pengaruh signifikan terhadap cara pandangnya terhadap hijab, memberikan inspirasi serta pandangan baru untuknya. Ia mengungkapkan:
"Awalnya saya memutuskan untuk berhijab karena mengikuti orang tua, tapi saat mulai aktif di Instagram dan Tiktok, saya melihat banyak influencer yang membuat hijab terlihat modern dan modis. Itu membuat saya lebih percaya diri untuk berhijab di lingkungan sekolah dan saat keluar rumah."
"Saya sering melihat diskusi di komentar influencer tentang bagaimana hijab tidak hanya soal kewajiban, tapi juga cara kita menghormati diri sendiri. Jadi, saya merasa hijab bukan hanya tentang agama, tapi juga tentang bagaimana saya menampilkan diri di dunia."
Dari wawancara di atas memberikan hasil yang dapat menunjukkan bagaimana media sosial, khususnya melalui konten para influencer, tidak hanya memengaruhi gaya berpakaian, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri remaja dalam mengenakan hijab di berbagai lingkungan. Meskipun pengaruh media sosial dan tren modern menjadi faktor penting dalam keputusan berhijab bagi sebagian remaja, tidak sedikit pula yang memutuskan untuk mengenakan hijab karena dorongan keluarga, khususnya orang tua, tetapi meski dipengaruhi oleh tren fasihon dan gaya hidup modern, hal ini tetap mencerminkan upaya remaja untuk menegosiasikan identitas keagamaan mereka di tengah arus perkembangan zaman yang cepat. Media sosial memungkinkan mereka untuk mengamalkan nilai-nilai agama dengan konteks modern, menciptakan makna baru yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial bukan sekadar tempat berbagi, tetapi juga alat transformasi yang memungkinkan remaja mendefinisikan kembali hubungan mereka dengan nilai-nilai agama.
Â
Media sosial memiliki pengaruh besar dalam membangun identitas keagamaan remaja Muslim, khususnya dalam hal pemakaian hijab. Dengan adanya influencer hijab yang aktif di platform-platform media sosial seperti instagram dan tiktok, remaja juuga dapat mengakses konten yang tidak hanya mengedepankan kewajiban agama, tetapi juga memperkenalkan hijab sebagai bagian dari tren fashion yang modis dan relevan dengan gaya hidup modern. Contoh para influenser tersebut seperti MilaAlawiyah, Fhia dan masih banyak lagi.
Media sosial memberikan ruang untuk berekspresi, belajar, dan mendefinisikan ulang religiusitas dalam konteks modern. Sehingga media sosial dapat menunjukkan adanya transformasi dalam cara remaja Muslim mendefinisikan identitas religius mereka. Pemakaian hijab yang dulunya sekadar tuntutan orang tua dan kewajiban, kini telah bertransformasi menjadi simbol religiusitas yang dapat dipadukan dengan gaya hidup modern. Di sisi lain, perubahan sosial juga terlihat dari terjadinya di mana hijab menjadi lebih diterima sebagai bagian dari tren fashion dan sebagai simbol religiusitas seorang perempuan. Dengan demikian, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam membentuk hubungan remaja dengan agamanya.
Meski demikian, penting bagi remaja untuk tetap memahami makna mendalam hijab sebagai simbol ketaatan kepada Tuhan, agar nilai spiritualnya tidak tergerus oleh tren semata. Dalam hal ini, peran keluarga, komunitas, dan pendidikan agama menjadi penting untuk mendampingi remaja dalam menjalani proses pencarian identitas mereka
Â
REFERENSI
Aisy, Nabila Aulia Rihadatul, and Ita Rahmania Kusumawati. "Hijab Fashion Trends in Yogyakarta on the Miss Hijab Agenda: Local Identity and Cultural Values are Reflected in the Hijab Fashion Trend." An-Nuha: Jurnal Sosial & Humaniora 1.1 (2023).
Amin, f. (2022). Pengaruh Media Sosial Terhadap Pembentukan Identitas Remaja Muslim. Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 8(2), 85-100.
Hidayat, A., & Sari, F. (2018). Transformasi Nilai Religiusitas melalui Media Sosial di Era Digital. Bandung: Pustaka Media.
Nurdianik, Yulia, Siti Gomo Attas, and Miftahul Kahairah Anwar. "Hijab: Antara Tren Dan Syariat Di Era Kontemporer." Jurnal Ilmu Sosial 2.1 (2022).
Widayati, Tri. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Perempuan Perspektif Pendidikan Islam. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H