Mohon tunggu...
Lidya Aulia
Lidya Aulia Mohon Tunggu... -

a housewife who is not good in writing but having countless idea. she doesn't join any social media but having passionate to be influencer.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Beribadah Bersama, Bukan Berbuka Bersama

19 Mei 2018   22:49 Diperbarui: 19 Mei 2018   23:10 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kita semua tahu bahwa ramadhan adalah ajang silaturahim, baik dengan keluarga besar, teman dekat, teman jauh bahkan terkadang menjadi ajang reuni mulai dari teman TK sampai pascasarjana. Sebegitu pentingnya kah buka bersama ? masih perlukah ritual silaturahim ini ? mana lebih banyak kebaikannya atau malah keburukannya ?

Menilik dari positifnya buka bersama, moment ini adalah satu wadah untuk menjalin dan mempererat tali silaturahim. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, tak terkecuali berkah silaturahim, mengingat begitu mudahnya menemukan jadwal untuk berkumpul atau meluangkan waktu bersama kerabat di waktu berbuka. Sudah bukan rahasia umum, jika diluar bulan ramadhan, untuk menyamakan waktu ditengah kesibukan yang berbeda-beda adalah hal yang sangat susah. 

Namun, saat ramadhan tiba, semua akan menjadi satu suara kalau kita harus mengadakan buka bersama. Group-group di media sosial pun tak kalah ramai hanya untuk membahas tempat dan waktu untuk berbuka bersama komunitas. Pokoknya bila perlu setiap hari buka bersama untuk menjalin seluas-luasnya silaturahim. Hal yang positif bukan ? dimana dengan buka bersama, keluarga besar semakin hangat, bertemu dengan kawan lama, atau bahkan menciptakan keakraban yang dulunya biasa-biasa saja. Jadi, mengadakan buka bersama bukanlah suatu hal yang buruk selama niat kita adalah menjalin silaturahim dan melakukan ibadah bersama.

Namun, pernahkah kita melihat "efek samping" dari seringnya melakukan buka bersama ? Oh tentu saja, semua itu ada konsekuensinya bukan? Saya tidak ingin menyebutnya sebagai hal yang negatif, walaupun tanpa disadari atau tidak buka bersama terkadang menghilankan esensi bulan ramadhan itu sendiri. 

Mari kita lihat, jam berapa kah kita harus mulai berkumpul untuk berbuka bersama ? mungkin satu atau dua jam sebelum berbuka atau bahakan setelah ashar sudah bergegas ? Sedangkan di waktu ashar hingga magrib adalah waktu yang mustajab untuk berdoa atau bahkan bisa kita gunakan untuk tilawah. Lalu setelah berbuka ? sibuk bercengkrama dengan kawan lama, terkadang tempat berbuka tidak menyediakan mushola atau tempat sholat untuk melakukan sholat magrib, bahkan magrib terlewat begitu saja. 

Berbuka tanpa sholat magrib ? lalu untuk apa berpuasa sehari penuh. Setelah sholat magrib ? kembali ke meja dan melanjutkan sesi curhat atau foto (tentu saja di jaman now, taking pictures is a must! plus upload di media sosial), buth waktu berapa lama ? sejam atau dua jam ? isya tertunda, tarawih berjamaah pun terlewat. Padahal di luar bulan ramadhan, nggak ada tuh yang namanya sholat tarawih. Sayang gak sih kalau hampir setiap berbuka bersama, kita melewati pahala berjamaah puluhan rakaat tarawih dan witir?

Efek samping seperti ini mungkin terkesan biasa saja, tapi betapa meruginya kita melewati bulan ramadhan begitu saja tanpa amalan-amalan ibadah wajib dan sunnah-nya. RUGI! Tetapi efek samping itu bisa kita minimalisir dengan konsep "beribadah bersama" bukan "berbuka bersama", bagaimana caranya ? 

Pertama, tentukan kerabat, teman atau komunitas mana yang benar-benar perlu kita datangi. Undangan buka bersama bisa jadi sangat banyak, tetapi bijaklah dalam memilih. Mungkin ada beberapa dari mereka yang bisa kita atur silaturahimnya di luar bulan ramadhan atau saat halal bi halal. Dengan demikian, kita tidak perlu keluar setiap hari hanya demi buka bersama dengan si A, B, C, dan seterusnya. Berbuka di rumah bersama anggota keluarga juga sangat penting, dan mungkin orang-tua kita ingin agar kehangatan keluarga semakin terasa saat bulan ramadhan.

Kedua, menagtur waktu berbuka secara efektif. Kita bisa berkumpul satu jam sebelum berbuka puasa atau reservasi tempat jauh-jauh hari, sehingga saat datang ke tempat berbuka hidangan pun sudah tersedia. Selain itu, buka bersama bisa dilakukan setelah menunaikan sholat magrib di rumah barulah beranjak ke tempat berbuka.

Ketiga, mencari tempat berbuka yang tenang dan dekat dengan masjid adalah pilihan tepat, atau mencari tempat berbuka yang memiliki mushola atau menyediakan ruangan sholat. Sehingga, setelah menikmati takjil, kita bisa sholat magrib berjamaah. Pahala berbuka dapat, insya Allah pahal berjamaah pun dapat.

Keempat, alangkah baiknya apabila buka bersama diselenggarakan di rumah kerabat atau teman. Bukan sekedar silaturahim, tetapi kita bisa full beribadah bersama dengan suasana yang lebih tenang dan rekat. Tidak perlu terburu mencari tempat sholat dan bisa dilanjutkan dengan sholat isya dan tarawih bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun