Hampir sebagian besar populasi di dunia tidak asing dengan hewan peliharaan. Hewan yang sering dijadikan peliharaan oleh orang-orang seperti kucing, anjing, burung, hamster, kelinci, ikan, dll. Tidak sedikit pemilik hewan peliharaan menganggap mereka bagian dari keluarga. Cerita terkait hubungan manusia dan hewan sudah banyak tersebar di era modern ini lewat sosial media. Bahkan, beberapa persahabatan tersebut sampai diangkat ke layar lebar seperti "Air Bud" dan "Hachiko". Faktanya, Keterikatan antar manusia dan hewan menimbulkan beberapa dampak positif pada kesehatan mental karena terjadi keterikatan emosional pada keduanya. Dikutip dari Indoneisabaik.id, fisiologi dari Cleveland Clinic, Marwan Sabbagh menjelaskan bahwa interaksi dengan hewan seperti membelai atau bermain dengan hewan tersebut bisa menurunkan tensi darah, meningkatkan suasana hati, dan menenangkan detak jantung. Ketika  berinteraksi dengan hewan, hormon stres, yaitu hormon kortisol, akan menurun dan neurotransmiter hormon serotonin sebagai hormon "kebahagiaan" akan meningkat.
Dalam jurnal Aging and Mental Health dijelaskan bahwa dari penelitian 14 lansia dengan rata-rata usia 73 tahun mengatakan bahwa memiliki hewan peliharaan dirumah dapat mengatasi kesepian karena dalam merawat hewan peliharaan dapat merasakan kenyamanan dan keamanan, keterlibatan dan partisipasi sosial, rutinitas yang memiliki tujuan, dan dianggap sebagai peran hidup yang bermakna. Para peserta merekomendasikan bagi para usia lanjut untuk memiliki hewan peliharaan.
Survei yang dilakukan di Amerika Serikat sekitar 67% rumah memiliki setidaknya satu hewan peliharaan, yaitu 63 juta rumah setidaknya memiliki satu anjing dan 42 juta rumah setidaknya memiliki satu kucing. Hewan peliharaan dapat menjadi penghubung dengan alam, berfungsi dalam aktivitas rekreasi dan kerja, dan memberikan persahabatan di rumah.
Dilansir dari yayasanpulih.org memiliki hewan peliharaan memberikan manfaat yang baik untuk psiologi seseorang seperti,
- Menurunkan level cortisol atau yang biasa disebut hormon stress dan menurunkan tekanan darah.
- Meningkatkan level oxytocin atau biasa disebut hormon cinta saat kita mengelus atau memeluk binatang peliharaan. Hormon tersebut juga berdampak untuk memperkuar hubungan manusia dan hewan.
- Menurunkan kecemasan dan rasa kesepian, terutama saat memeluk binatang peliharaan.
- Membantu individu, terutama dengan depresi untuk memiliki rutinitas pasti dan tujuan dalam hidup. Hal tersebut bisa di dapatkan ketika memberikan makan, memandikan, dan bermain atau berjalan-jalan dengan hewan peliharaan. Aktivitas fisik ini juga bisa berdampak baik kesehatan tubuh.
- Membuat kita lebih sensitif dan peka. Binatang tidak bisa berbicara, maka mereka memiliki cara tertentu dalam menyampaikan rasa tidak nyaman tersebut. Kepekaan kita akan terlatih dalam mengobservasi tingkah laku binatang peliharaan kita.
- Membuat kita merasa sangat dicintai dan membantu kita untuk belajar mengasihi. Bagi binatang peliharaan kita, diri kita adalah hidup dan dunia mereka. Mereka menunjukkan rasa terima kasih mereka dengan cinta dan perhatian tak terbatas bagi kita.
- Binatang peliharaan mampu membuat kita lebih terbuka terhadap perasaan kita dan menjadi penyalur emosi yang baik. binatang yang tidak dapat berbicara  serta tidak menhakimi membuat kita menjadi lebih terbuka dalam menyampaikan. Hal ini menjadi salah satu cara menyalurkan emosi yang sangat baik. Apalagi respon yang biasa kita dapatkan adalah tatapan menggemaskan dari mereka.
Namun tidak memungkiri bahwa sebagian orang kontra dengan pendapat hewan peliharaan meredakan stress. Mereka menganggap memiliki hewan peliharaan justru menambah pengeluaran biaya untuk membelikan pakan, biaya pemeriksaan dan vaksinasi, dll. Hewan peliharaan terkadang juga dapat menularkan beberapa penyakit seperti virus dan jamur jika tidak mendapatkan vaksinasi yang memadahi. Mereka juga beranggapan bahwa hewan peliharaan sering membuat onar di sekitar lingkungan tempat tinggal dan mengganggu waktu istirahat. Dilansir dari kompas.id, disampaikan bahwa studi asisten profesor dari Departemen Kesehatan Masyarakat Lincoln Memorial University, Amerika Serikat, Lauren Wisnieski mengatakan bahwa memelihara hewan berbulu, seperti kucing dan anjing, tidak selalu berdampak positif pada manusia. Dia berpendapat orang yang memiliki hewan peliharaan dapat mengalami keresahan dan kegelisahan pada waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hewan peliharaan.
Dalam kasus lain, orang dengan gangguan mental serius tidak cukup hanya dengan memiliki hewan peliharaan untuk memperbaiki psikologisnya. Namun, harus ada penanganan khusus dari dokter ahli dan konsumsi obat yang disarankan. Tidak ada salahnya jika sesorang memiliki hewan peliharaan, sudah banyak studi yang menjelaskan bahwa memelihara hewan dapat meredakan gejala stress dan membuat hati menjadi tenang. Hal tersebut butuh tanggung jawab besar untuk merawat hewan peliharaan dan memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk perawatannya. Hewan peliharaan juga perlu diperiksakan ke dokter bapabila mereka sakit dan diberikan vaksin agar tidak menularkan penyakit pada manusia.
Referensi
Al Hamasy, A Islahiyah. 2023. "Memelihara Hewan Tak Mengatasi Masalah Kesehatan Mental Serius", (Online), (https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/18/stres), diakses 30 Juli 2022.
Hui Gan, G. Z., Hill, A. M., Yeung, P., Keesing, S., & Netto, J. A. (2020). Pet ownership and its influence on mental health in older adults. Aging and Mental Health, 24(10), 1605--1612. https://doi.org/10.1080/13607863.2019.1633620
Pulih. 2022. "Pet Does Magic: Ketika Binatang Peliharaan Mampu Mendukung Kesehatan Mental", (Online), (https://yayasanpulih.org/2022/10/pet-does-magic-ketika-binatang-peliharaan-mampu-mendukung-kesehatan-mental/), diakses 30 Juli 2022.