Mohon tunggu...
Lidwina_094
Lidwina_094 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berpihak pada Siapakah Televisi Pemerintah atau Khalayak Umum?

17 September 2015   22:00 Diperbarui: 19 September 2015   21:09 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

     Masyarakat jaman sekarang tak lepas dari televisi setiap harinya dari muda maupun tua, dari anak – anak hingga dewasa. Terdapat cukup banyak stasiun televisi swasta maupun stasiun nasional yang bisa kita nikmati setiap saat. Stasiun televisi tersebut memiliki banyak acara yang sangat di nikmati oleh khalayak.

     Di era globalisasi ini timbul pertanyaan tentang stasiun televisi swasta yaitu stasiun televisi itu berpihak kepada siapa? Khalayak atau Pemerintah? Kasus ini jika dikaji dengan teori agenda setting dan framing.

     Apa itu agenda setting? Dalam buku yang berjudul Agenda setting ditulis oleh Morissan (2013) teori agenda setting merupakan teori yang diperkenalkan pertama kali oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Peneliti teori ini berasal dari Universitas North Carolina. Agenda setting merupakan teori yang membahas tentang media massa memiliki latarbelakang dan ideologi media yang berbeda dan dapat mempengaruhi media tersebut.

     Lalu apa itu Framing? Teori Framing membahas tentang bagaimana suatu realitas informasi yang dikonstruksikan dalam media (Eriyanto, 2002:3) artinya media mengemas sedemikian rupa suatu informasi realita yang terjadi agar mudah dimengerti oleh khalayak. Pengemasan informasi tersebut terkadang ada suatu informasi yang dihilangkan sehingga mengeser pemikiran tentang analisi kuantitatif. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas informasi yang disajikan oleh media dan dalam informasi tersebut diberikan penonjolan atau penekanan tertentu. Penonjolan atau penekanan suatu informasi dapat membuat khalayak lebih cepat menerima dan mengingat informasi yang diberikan oleh media. Frame atau bingkai dibarat sebagai jendela. Dalam salah satu bukunya yang sangat berpengaruh, Making News, Tuchman mengawalinya dengan ilustrasi yang menarik yaitu "berita adalah jendela dunia” (Eriyanto, 2002:4). Khalayak diibaratkan sebagai orang yang sedang melihat suatu kejadian maka kejadian terlihat sangat terbatas sama dengan halnya khalayak melihat suatu informasi yang terbatas dengan realita yang sebenarnya. Konstruksi dipekenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Menurut Berger dan Luckman realitas sosial melalui 3 proses dialektis yaitu eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental ataupun fisisk. objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisaisi manusia tersebut. internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif individu dipengaruhi oleh stuktur sosial (Eriyanto, 2002:15). Konstruksi realita bersifat dinamis jadi krostruksi realita dapat berubah seiring berjalannya jaman.

     TVONE merupakan televisi swasta Indonesia dengan acara Indonesia Lawyers Club (disingkat ILC; sebelumnya bernama Jakarta Lawyers Club) adalah acara talkshow yang disiarkan di TV One. Acara ini menampilkan dialog mengenai masalah sosial, politik, hukum yang dipandu oleh Karni Ilyas. (http://www.jadwaltelevisi.com/info/jadwal-tv-one-indonesia-lawyers-club diakes tanggal 15 September 2015 pukul 17:19) Menurut teori agenda setting tentang acara tv diatas adalah TV ONE merupakan stasiun televisi dengan latarbelakang yang berbasis tentang pemberitaan suatu berita. Acara tersebut mengulas tentang bagaimana situasi hukum dan kriminalitas yang berada di Indonesia yang bertujuan agar khalayak mengetahui bagaimana situasi hukum dan kriminalitas yang terjadi di Indonesia. Sedangkan, mengunakan teori framing adalah agar khalayak mengerti pemberitaan mengenai sosial, politik, hukum dari segi pandang framing yang bermaksud agar khalayak mengerti informasi yang terbatas dan dibatasi oleh media. Tak salah bila sering terjadi pengurangan informasi seperti dengan realitasnya. Dalam acara tersebut bisa dikaitkan dengan realitas sosial melalui 3 proses dialektis yaitu eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Eksternalisasi: usaha yang dari TV ONE untuk memberi informasi tentang hukum dan krinminalisasi yang terjadi di Indonesia. objektivasi: menginformasikan kriminalisasi yang terjadi di Indonesia agar masyarakat mewaspadai kejahata. Internalisasi: memberikan paradigma tentang kriminalisasi yang merugikan agar berkurangnya kematian setiap harinya karena kriminalisasi.

     Jadi menurut pembahasan diatas acara televisi tersebut berpihak pada khalayak umum. Karena media ingin memberi pesan agar berkurangnya tingkat kematian yang disebabkan oleh kriminalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun