Tuna Netra merupakan Sekelompok orang yang mengalami gangguan pada indra penglihatan tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi kegiatan sehari-hari seperti halnya orang dewasa lainya, yang berkumpul dan mendirikan organisasi “Ahisaun” yang berlokasi di Fatuhada, Desa Comoro, Kecamatan Don Aleixo Kabupaten Dili, dengan jumlah anggota 35 orang, perempuan 20 orang dan laki-laki 15 orang. Mereka memiliki kemampuan yang perlu ditingkatkan atau dikembangkan, dan karena ada beberapa area di Ahisaun yang berkaitan dengan kerajinan tangan seperti menjahit dan membuat hiasan-hiasan rumah yang terbuat dari kayu dan membuat aksesoris seperti gelang yang terbuat dari benang dan lainnya.
Saat ini mereka sedang mengalami permasalahan seperti: 1) Kekurangan Tempat Sampah; 2) Kurangnya tempat peyimpanan untuk produk kerajinan tangan mereka, khususnya di kerajinan tangan hiasan-hiasan rumah yang terbuat dari kayu; 3) kurangnya dalam pemasaran atau mempromosikan produk kerajinan tangan mereka; 4) Perlu Pemberdayaan dibidang ekonomi. Dari permasalahan yang kami temukan, menurut kami jika permasalahan-permasalahan ini dapat diatasi maka akan sedikit berdampak bagi Ahisaun, karena memiliki keterkaitan satu sama lain yang nantinya akan memberi nilai positif bagi Ahisaun atau teman-teman Tuna Netra.
Kelompok Tuna Netra memiliki beberapa kecenderungan sifat seperti keterbukaan, keagamaan, kebudayaan, keingintahuan akan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Namun, dilihat dari tempat tinggal cukup layak dan fasilitas yang tersedia belum cukup untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan sebagai manusia yang ingin tahu, walaupun mereka memiliki keterbatasan fisik namun mereka memiliki rasa ingin tahu seperti teman yang tidak memiliki kekurangan atau keterbatasn fisik seperti mereka. Oleh karena itu para Tuna Netra di Ahisaun bila dilihat dari kondisi sosial sangat memerlukan pendampingan dan pemberdayaan karena terdapat permasalahan yang menyangkut pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembang kemampuan dan keterampilan sebagai sumber daya manusia yang masih siap di pakai.
Para Tuna Netra di Ahisaun cenderung masih sangat memiliki kekurangan terhadap pengetahuan dan keterampilan, tidak meratanya pendidikan sederajat, yang dapat mempengaruhi pola pikir dan cara bertindak para tuna netra. Berdasarkan observasi di tempat Ahisaun ini, kondisi dan keadaan perekonomian mayoritas berasal dari hasil bantuan sosial. Demikian mereka sangat membutuhkan pendampingan dan pemberdayaan kemampuan dan keterampilan agar dapat menciptakan kerajinan tangan sebagai bagian dari proses aktivitas ekonomi untuk menambah pendapatan mereka demi kesejahteraan sosial.
Para Tuna Netra atau teman-teman di Ahisaun masih perlu mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan dalam pemasaran atau mempromosikan produk atau hasil karya mereka agar bisa mendapat da menambah sumber daya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka di ahisaun maupun kebutuhan sehari-hari mereka, akan tetapi dengan keterbatasan perhatian dari pengolahan Tuna Netra maka mereka sementara masih jadi pasif, sehingga perlu adanya pendampingan dan pemberdayaan dengan aktivitas keterampilan yang berpotensi dan berpeluang, sehingga mereka terjun ke bidang ekonomi untuk menciptakan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka sendiri. Sehingga dengan hal tersebut akan memberi dampak yang positif bagi Tuna Netra di Ahisaun seperti lebih semangat dalam mengembangkan keterampilan, kemampuan atau kelebihan yang mereka miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H