Mohon tunggu...
Lidia Putri
Lidia Putri Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

General Practice. Even a drop of water but it can relieve thirst and can make life in the world

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stttt.. Makan Jangan Bersuara... (Dihantui Dengan Suara Keseharian)

5 Desember 2014   22:29 Diperbarui: 4 April 2017   18:24 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Misophonia- pic by edc2.healthtap.com"][/caption] Kalimat ini suka di dengar dari orang tua dahulu, sebenarnya kenapa pula melarang makan tidak bersuara, bukankah ini umum dan akan lebih asik kalau makan agak bersensasi sedikit, dengan menimbulkan bunyi yang secara tidak langsung menggambarkan enaknya apa yang ada dalam mulut. Tapi  kalimat yang di ucapkan para orang tua dahulu ternyata ada benarnya juga, dengan kerasnya bunyi makanan yang dikunyah bukan hanya menimbulkan kesan jorok pada orang tertentu, bahkan bisa membuat orang tertentu menjadi sangat terganggu serta menyiksa sekali mendengarnya. Jika ada yang protes di saat anda makan atau membentak:  "Apakah  harus melakukan itu, menggunyah dengan bersuara?". "Dan apakah Anda tahu bahwa rahang anda muncul terlihat ketika anda makan?" maka jangan salahkan orang yang protes atau membentak ini. Pernahkah mengetahui tentang kelainan Misophonia. Tidak banyak orang mengetahui hal ini, dan kelainan ini masih di anggap baru (walau penderitanya sudah ada sejak dahulu). Misophonia adalah gangguan neurologis, di mana seseorang merasa cemas, dan bahkan marah dalam menanggapi suara-suara tertentu, yang mungkin keras atau lembut, dan sangat umum. Suara tertentu umum ini selain suara mengunyah makanan juga termasuk suara batuk, bersin, menggaruk, bernapas, menyerut pensil, mengetik, dentingan perak, menyeret kaki, alarm mobil, yang semua ini dianggap banyak orang umum sebagai hal yang normal dalam keseharian. Para Neurolog atau ahli saraf belum bisa menentukan penyebab pasti dari Misophonia, tetapi secara garis besar ada kelainan (patologi) yang terletak pada hubungan antara sistem limbik (set struktur di otak yang bertanggung jawab untuk emosi dan perilaku), dan sistem pendengaran. Namun, masih ada banyak hal belum diketahui lebih jauh untuk ini. Misophonia biasanya dimulai pada usia dini, dan kelainan ini biasanya di turunkan serta terdapat pada satu atau lebih anggota keluarga. Pada sebagai penderita semakin dewasa maka akan merespon sistem limbik sehingga pemicu keadaan pendengaran (misophonia) menjadi lebih kuat, dan sering jumlah kali pemicu suara yang lainnya menjadi lebih meningkat, bahkan juga bisa disertai dengan rangsangan visual. Bagi penderita yang mengalaminya, jika mendengar misalnya suara kuku yang tergores di papan tulis selama beberapa menit saja, maka bagi penderita akan setara dengan mendengarnya selama satu jam bahkan bisa lebih. Biasanya penderita ini akan lebih senang jika dalam keadaan sunyi sendiri, bahkan keadaan yang memiliki kasus-kasus ekstrim kadang-kadang membuat lubang sendiri di rumah untuk menghindari situasi sosial dan tempat umum karena takut sesuatu memicu reaksi negatif. Pada saat ini belum ada obat untuk misophonia , ada beberapa cara yang digunakan untuk membantu mengobati (tidak menyembuhkan) misophonia diantaranya : menggunakan penyumbat telinga untuk membantu memblokir suara mengganggu, Terapi kognitif, pelatihan menggunakan generator suara bilateral dan konseling direktif, dan lain sebagainya. Untuk saat ini juga sudah ada kelompok-kelompok di media sosial atau internet yang mengalami gangguan yang sama, serta saling berbagi dengan para ahli untuk menanggani atau meringankan kelainan pada Misophonia. Jika di sekitar kita ada yang mengalami gangguan Misophonia, maka lebih baik   menghormatinya  dengan  tidak menimbulkan suara pemicu sehingga ia terhindar dari akibat gangguan ini.

Senang berbagi Saling menghormati sekitar berarti menghormati diri sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun