Mohon tunggu...
Lidia Alfi
Lidia Alfi Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta makanan

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tangis yang Tertahan

16 Juni 2018   21:30 Diperbarui: 16 Juni 2018   22:04 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran kali ini berbeda
Tanpa kue lebaran
Baju baru, opor, ketupat dan
Foto kebersamaan

Semua terasa hampa
Tanpa canda
Senyum kepalsuan
Dan tangis yang tertahan

Merindukan sosok yang selalu membangunkan
Merindukan sosok yang selalu membuat ketupat
Merindukan sosok yang selalu meminta baju baru

Ku merindukan ibu
Ayaah merindukan ibu
Kakak dan adik juga merindukan ibu
Kami merindukanmu

Ayah menahan tangis ketika bertakbir
Kami menahan tangis ketika sholat ied
Agar orang melihat kami itu kuat

Ketika mengunjungimu
Dengan muluut yang bergetar
Kami membacakan doa untukmu
Supaya engkau di ampuni dosa dan di tempatkan di surgaNya
Itupun sama kami menahannya

Ibu, ku tahu engkau sudah bahagia disana
Ku tahu engkau juga melihat kami
Walaupun hanya dengan rasa ku merasakannya

Ada tangis yang tertahan di sudut mata. Ada rindu yang tertahan di ujung lidah.
Ada banyak kenangan yang sedang menari-nari di benak
Kenangan tentangmu Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun