Terik matahari tak serta merta menyurutkan niatnya untuk mencari rejeki yang di sebarkan Tuhan untuk umatnya, begitu juga yang dilakukan Kadim(56) Warga desa Winduaji Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
Kadim adalah penjual es cincau keliling dari desa ke desa dengan teman setianya gerobak tua, Kadim berjualan es cincau dari tahun 1986 sampai sekarang. Berarti sekitar tigapuluh dua tahun berjualan es cincau.
Untuk modal membeli bahan- bahan pembuat cincau Kadim bermodal Rp.100 ribu rupiah dan hasilnya Rp.150-300 ribu sehari itupun kalau cuaca panas, kalau hujan kadang dapat modal saja untung. Kadim menjual es daganganya seribu per plastik.
"Saya berjualan es dengan modal seratus ribu rupiah untuk membeli bahan-bahan pembuat cincau, dari modal itu saya bisa mendapatkan Rp. 300ribu per hari jika dagangan habis semua karena cuaca yang panas, tapi kadang hanya mendapat Rp. 100ribu atau kurang jika cuaca hujan karena dagangan tidak laku dan masih banyak. Apalagi saya hanya pake gerobak dorong jadi sedapatnya rejeki, kalau berjualan dengan motor tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.Â
"Ya namanya pedagang banyak sainganya apalagi sekarang banyak yang menggunakan motor, mereka lebih cepat menjangkaunya. Tapi saya percaya rejeki masih banyak untuk saya dan yang namanya pedagang kadang untung kadang juga buntung".
Kadim berangkat untuk menjajakan dagangannya dari pukul 09:00 WIB Sekolah Dasar (SD) terdekat kemudian di lanjut untuk keliling desa. Jarak yang di tempuh kadim puluhan kilometer setiap hari
" Saya berjualan cincau dari tahun 1986 sampe sekarang dengan gerobak keliling. Saya harus berjalan sepanjang puluhan meter demi menjemput rejeki, kalau mangkal belum tentu dapat pembeli, klo di ider kan bisa dapat pembeli di jalan . Es cincau itu mata pencaharian saya dan keluarga karena dari hasil jualan walaupun untung tidak seberapa alhamdulillah saya bisa menyekolahkan anak hingga tamat SMA.Â
"Apalagi saya punya anak kelas 9 SMP yang niatnya mau melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), otomatis saya harus ekstra untuk mencari rejeki. Karena bagi saya sekolah sangat penting untuk kemajuan anak walaupun saya harus berjuang. Saya orang tidak mampu untuk mewariskan harta saya tidak punya, setidaknya saya mewariskan ilmu supaya kelak anak-anak saya bisa bekerja lebih baik lagi dari saya dengan menyekolahkan mereka. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk menyekolahkan anak maksimal tamat SMK."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H