Hajatan Pernikahan dan Khitan biasanya bentuk rasa syukur keluarga dengan tetangga ataupun  semua orang yang di kenal. Semua keluarga berkumpul untuk memeriahkannya, banyak makanan yang tersedia, tarup dan juga soundsystem yang pasti tidak ketinggalan.
Orang menggunakan soundsystem untuk menandai bahwa disitu ada hajatan. Untuk menghibur tamu, biar terkesan mewah. Alasan- alasan tersebut cukup masuk akal untuk semua masyarakat yang notabene sudah mempunyai kebiasaan ini sejak lama. Tetangga yang lain yang mungkin juga merasa terganggu kadang bersikap biasa saja dengan alasan toleransi kepada tetangga yang punya hajatan.Â
Nah, disini lah letak "sesuatu yang terbalik" berada. Apa berarti dapat disimpulkan bahwa memainkan sound system keras- keras yang mengganggu kenyaman banyak warga tersebut namanya toleransi? Apalagi  sampai terdengar satu perdukuhan dan sering juga sampai ke luar desa yang dekat.
Di tempat tinggal penulis di Desa wanatirta kecamatan Paguyangan biasanya orang hajatan paling sedikit tiga hari baru selesai dan kadang ada yang satu minggu hajatan baru selesai dan soundsystem pun di bunyikan seminggu itu pula, di mulai jam 7.30 sampai 22.00 . Lagu yang di putar bervariasi dan yang paling banyak lagu dangdut.
Yang penulis rasakan sangat mengganggu baik di hajatan sendiri, saudara, tetangga karena di putar dengan suara yang keras dan sampai malam juga. Penulis pernah menegur tapi jawabanya, biasa yang lain juga sama. Dikala waktunya istirahat karena seharian bekerja terganggu dengan bunyi musik. Biasanya jika punya anak kecil atau bayi yang tidak bisa tidur karena berisik.
Bolehlah hajatan menggunakan soundsystem tapi suaranya cukup terdengar tamu undangan saja agar tidak mengganggu tetangga dan juga masyarakat. Penulis lebih senang sama orang kota menyewa gedung untuk acara hajatan, tidak mengganggu tetangga atau lingkungan sekitar dengan suara soundsystem.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI