Mohon tunggu...
lidhenk naibaho
lidhenk naibaho Mohon Tunggu... -

coffee lover

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Tentang Pernikahan (Hatop Adong Nani Aduna, Leleng Adong Napinaimana)

18 Januari 2012   09:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:44 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326876602900043878

Ini tentang PERNIKAHAN....

Saya dan banyak di antara kita mungkin belum pernah menjalani atau bahkan merasakan sesuatu yang sakral dan hebat ini. Dikatakan Sakral, karena hanya terjadi 1 kali dalam hidup. Kecuali ada yang berencana membuatnya menjadi 2 kali, 3 kali atau malah jadi hobbi. Dikatakan Hebat, karena buat saya pribadi, ini sesuatu yang sangat besar dan mahal. Besar dan mahal bukan dalam arti materi semata tetapi juga diartikan pernikahan sebagai episode hidup  yang tak akan bisa kau atau aku jalani mundur dan sesali lagi. IDEALNYA begitu! Walaupun sekarang ini pernikahan justru hanya menjadi ajang pesta besar-besaran dan pencitraan diri. Bahkan banyak yang ujung-ujungnya malah cerai setalah menikah sebulan atau dua bulan. Sejatinya, menikah memang tidak semudah itu. Bayangkan, anda memilih seseorang, hanya 1 orang dari sekian juta wanita/pria di luar sana untuk bersumpah bersama di hadapan Tuhan, di depan pemuka agama dan banyak orang. Berjanji untuk menjadi satu-satunya manusia yang kita lihat saat bangun di pagi hari, akan menjadi wajah yang anda lihat saat tidur, makan, ke ruang tv, ke teras, ke halaman rumah. Dia ada setiap menit, lewat di depanmu, bicara denganmu, marah dan bermesraan denganmu. Topik ini memang selalu menyenangkan untuk dibahas, seperti halnya diskusi saya bersama teman-teman di kantor. Saya melihat pernikahan melahirkan beribu makna hanya dari melihat dan mendengar pengalaman teman-teman dan saudara/i saya. Pernikahan bisa menjadi keajaiban yang menyenangkan. Ajaib, karena dengan menikah seseorang bisa menjadi orang yang semakin hebat dan berbahagia. Tapi juga bisa menjadi keajaiban yang mengerikan, karena pernikahan mendadak jadi bom, meledak tanpa aba-aba hingga akhirnya pernikahan justru menjadi hal yang paling di sesali, atau bukan pernikahan itu, tapi orang yang dipilih menjadi pilihan itulah yang disesali. Pernikahan memang seharusnya menjadi anugrah. Banyak orang sedang menapaki jalan ke sana atau beberapa sudah menjalaninya dan merasakannya. Ada yang bilang menikah itu seperti politik, di dalamnya juga ada konflik kepentingan, apapun kepentingan itu! Kepentingan akan kasih sayang, akan hidup berbahagia selamanya, kepentingan akan kebutuhan untuk saling melengkapi dan mendukung, atau bahkan kepentingan untuk memperoleh sesuatu bernama materi dan manfaat dari pasangannya. Motivasi yang salah dari awal kemungkinan akan berakhir dengan salah juga. Bukan lagi hal yang aneh melihat banyak keluarga muda berkeras memilih perceraian dan melanggar sumpah. Walaupun pada awalnya, saya yakin bahwa semua yang menjalaninya tidak menginginkan itu. Semua pasti bermimpi tentang sebuah bahtera yang tak akan karam selamanya, sampai kakek nenek dan sampai maut memisahkan. Sebagai orang batak, saya sering para orang tua mengatakan ungkapan, "Hatop adong nani aduna, leleng adong napinaimana". Terjemahan bebas-nya "cepat ada yg dikejar, lama ada yang ditunggunya". Artinya pernikahan memang bukan hanya sekedar masalah cepat atau lambat, atau usia, bukan hanya soal kesiapan, bukan soal teman sudah menikah tetapi saya belum, atau karena orangtua mendesak atau bahkan hanya karena alasan sudah ingin mencicipi pernikahan. Pernikahan toh bukan masakan yang bisa dicicipi dan buang bila kita tidak suka, bukan pula soal kematangan finansial atau sekedar desakan, tapi lebih dari itu pernikahan harus menjadi bukti dari sebuah penantian, produk terakhir dari sebuah hubungan pacaran dan merupakan jawaban doa! Seperti lirik lagu Shania Twain dalam "From This moment" yang mengatakan "you're the answer to my prayers from up above". Tidak seorangpun yang mau menjalani pernikahan yang indahnya hanya di awal saja. Pernikahan yang kita impikan bisa berubah dalam sesaat jika tidak berhati-hati memutuskannya. Orang yang kita pilih bisa saja berubah menjadi monster yang tidak lagi setia, tidak lagi menghormati janji, dan tidak lagi peduli. Karena itulah mengapa saya dan banyak orang percaya akan penantian. Tidak perlu dipaksakan apalagi didesak-desak. Meyakini diri bisa membuat orang lain bahagia dan sebaliknya adalah janji yang sangat mudah diucapkan tetapi terlalu sulit dipertahankan. Jadi sekali lagi, pernikahan bukan hanya soal, ; "kau mau menikah?"  - yuk marriiii.... warkop sidikalang, 18 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun