Mohon tunggu...
Maulidatun Hasanah
Maulidatun Hasanah Mohon Tunggu... -

beberapa kata yang belum memiliki tempat pembenaran untuk diperdengarkan di dunia nyata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bintang

21 Juli 2014   03:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia adalah bintang istimewa
Setidaknya bagiku
Bersamanya, untuk pertama kalinya,ia mampu menarikku keluar dari jendela kamarku
Menarikku dari kenyamananku
Menarikku dari persembunyianku
Membuatku merasa aman
Sekaligus....nyaman
Aku belum sepenuhnya jujur
Bahwa bukan hanya sekedar kekaguman
Bukan hanya sekedar menyenangkan mendengarkan ia bercerita tentang apa yg ia lakukan di langit sana
Bukan hanya sekedar menjadi penikmat pesona cahayanya
Aku ingin bintang menjadi pusat orbitku, sang matahari

Apakah bisa?

Apakah boleh?
Tapi aku terlalu takut untuk menyatakan
Terlalu takut menentukan
Terlalu dini untuk mengatakan
Dari ceritanya,
Saat di langit sana, ia melihat lalu mendambakan seorang penikmat lain, ia menunggu sang penikmat menyadari, bahwa cahayanyalah yang mampu menyinari
Saat keterdambaan itu datang dan dijalaninya
Bintang melepaskan sang penikmat lain  dan  menyisakan seberkas cahaya hitam, cahaya penyesalan diantara cahayanya
Bolehkah aku berdoa padamu Tuhan?
Hilangkan cahaya hitamnya?
Kembalikan cahayanya seperti semula
Bantu ia mengembalikan cahayanya
Dan jikapun Engkau mengirimkan padanya seorang penikmat baru, bolehkah itu aku?
Mungkin aku bukanlah penikmat dambaannya
Namun buatlah ia merasa cukup dengan keberadaanku
Jika Engkau mengizinkan, akan kupahami lalu kujaga cahayanya
Jika tidak, maka berikan ia penikmat lain dengan seizinMu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun