Mohon tunggu...
Ado
Ado Mohon Tunggu... -

Seorang remaja yang bercita-cita ikut berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Masih berproses :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gong Xi Fa Cai!

14 Februari 2017   15:55 Diperbarui: 14 Februari 2017   15:57 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Gong Xi Fa Cai! Kalimat yang kian kentara diucapkan menjelang perayaan Imlek. Dari sekedar guyonan yang diucapkan untuk mendapatkan angpao atau kalimat ini memang secara serius diucapkan kepada teman dan saudara yang merayakan imlek. Sebenarnya apa itu imlek?

Imlek adalah perayaan tahun baru bagi umat Tionghoa yang dimulai di hari pertama bulan pertama dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek juga dikenal sebagai Chuxi atau malam pergantian tahun. Tahun baru imlek jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, antara bulan Januari dan Februari.

Tahun 2017 adalah Tahun Ayam Api yang dimulai pada tanggal 28 Januari 2017 dan berlangsung hingga tanggal 15 Februari 2018. Elemen Api (Yin) menjadi unsur dominan di tahun ini yang menunjukkan kehangatan serta ketenangan batin di dalam menjalin hubungan antar pribadi dan keluarga. Sebenarnya apa arti kalimat Gong Xi Fa Cai? Artinya adalah selamat dan semoga banyak rezeki. Kalimat Kung Hei Fat Choi dan Kiong Hi Huat Cai juga memiliki arti yang sama dan sering di ucapkan pada perayaan imlek.

Bagas, -begitu panggilan akrabnya- adalah anak tertua dari 3 bersaudara. Ia adalah anak dari pasangan Susi Susanti dan Muhammad Yusdi Effendi dan menganut agama islam. Sang ayah yang menganut agama Buddha menjadi muallaf sejak menikah dengan ibu Bagas. Di dalam keluarga sang ayah, terdapat 3 agama yang berbeda. Kakek, nenek, dan kuku (panggilan untuk tante) menganut agama Budha, ayah Bagas menganut agama Islam dan susuk  (panggilan untuk paman) beragama Kristen Protestan.

Tradisi merayakan imlek sudah dilakukan Bagas Rian Fatullah (20 tahun) sejak ia kecil bersama keluarga besar sang papa. 3 hari menjelang imlek, kuku  (panggilan untuk tante) memasak berbagai jenis kue untuk dihidangkan dan sebagai sesaji. Terkadang bila ada yang membantu, susuk akan memasak kue keranjang. Yaa.. kue ini adalah kue khas imlek yang dibuat dari beras ketan dan memiliki tekstur seperti dodol. Hal yang paling Bagas sukai adalah menghias pohon imlek bersama keluarga. Dimulai dengan mencari pohon yang akan digunakan, memasang bunga, dan menggantung pernak-pernik khas imlek yang berwarna merah. Pohon imlek ini akan di letakkan di bagian tengah ruang tamu sebagai penyambut tamu yang datang ke rumah.  Sehari sebelum perayaan imlek, seluruh keluarga akan berkumpul di rumah kampung (rumah oma/nenek) untuk makan malam bersama.

Seperti diakui Bagas, ia mengetahui dengan dekat ajaran agama Budhha, agama Islam, dan Agama Kristen Protestan secara dekat. Hal ini membuat dirinya sedari kecil memiliki rasa menghargai dan menghormati kepercayaan orang lain dan seluruh aktifitas keagamaan. Perbedaan-perbedaan yang ada di dalam keluarga tidak membuat kami saling membenci dan mencela satu sama lain. Hal ini malah membuat kami semakin harmonis dan mempererat tali persaudaraan.

Selain itu, ia juga mengaku sangat senang menjadi bagian dari keluarga yang sangat istimewa ini. Karena kami lebih sering berkumpul setiap tahun dalam memperingati perayaan hari besar keagamaan. Sang ibu kerap berpesan, ikut merayakan Imlek hanya sekedarnya saja dan harus tahu batas-batas aktifitas yang boleh dilakukan.

Kerukunan ayah, ibu, kuku, susuk, dan seluruh keluarga mempengaruhi kehidupan Bagas. Di dalam kesehariannya Bagas lebih “woles” menyikapi fenomena yang terjadi di masyarakat. ‘’Yaa.. bukankah kita Indonesia dengan jargonnya Bhineka Tunggal Ika, jadi woles saja. Bukankah pelangi indah karena warna yang berbeda-beda” ucapnya sembari menggantung hiasan Ayam.

Apa yang Bagas lakukan dengan keluarganya tidak bisa dijelaskan secara teori, karena dalam prakteknya keunikan keluarga ini sudah terbentuk sebelum Bagas lahir. Gong Xi Fa Cai!

(Lica Veronika/18Tahun/SMkN 3 Kota Bengkulu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun