Pada tahun 2013 Sumut-1 akan diperebutkan kembali. Sebagaimana pesta demokrasi yang akan digelar, tentunya sudah banyak bakal calon Gubsu yang bercokol menampakkan dirinya lewat kampanye-kampanye. Bisa kita lihat dijalanan kota Medan terlalu banyak papan-papan reklame dengan wajah-wajah para bakal calon.
Jika melihat bakal calon yang bercokol, terkadang kita harus lihai melihat taktik politik yang mereka acungkan, ada yang menawarkan kekhasan figur lewat semaraknya program, misalnya program pembangunan dimulai dari desa, pembangunan dimulai dari jalan, yang katanya jalan di Sumatera Utara ini murni masih buatan Belanda, pembangunan dirajut dalam keberagaman didalam kebersamaan, dan lain sebagainya. Sah-sah saja menurut saya taktik berpolitik yang mereka lakukan.
Sekarang balik kepada pilihan rakyat, akan tetapi yang saya takutkan masih rendahnya kualits pengetahuan rakyat dalam hal memilih pemimpinnya kelak. Kalau boleh saya menanggapi, mengapa mereka dengan semaraknya menonjolkan pembangunan dari desa? Ya, karena penduduk yang dari desa masih mudah untuk dipengaruhi lewat janji-janji program yang akan dilakukan kelak jika calon menang, mudah-mudahan pendapatku salah. Taktik politik yang mereka lakukan ini condong kepada penawaran program-program yang akan dilaksanakan kelak.
Berbeda lagi dengan dua bakal calon Gubsu yang saat ini juga turut ambil peran dalam perang politik yang terjadi, dan menurut saya inilah yang paling khas dari beberapa calon yang ada. Dimana ada dua bakal calon yang menunjukkan identitasnya dengan mengadopsi corak kotak-kotak pada background baliho-balihonya. Sebagaimana Jokowi-Ahok selaku pasangan Gubernur Jakarta yang baru saja dilantik menggunakan corak yang sama. Yang menjadi pertanyaan, apakah kekhasan lewat corak kotak-kotak bisa menghantarkan bakal calon ke Sumut-1? Kita lihat sajalah nanti.
Gubernur Sumatera Utara dari masa kemasa akan datang silih berganti, datang dengan kekhasan yang berbeda-beda pula. Tetapi yang menjadi pertanyaan, sudah cukup puaskah masyarakat Sumut dengan kepemimpinan para gubernur yang sudah lalu? Sangat disayangkan belum ada titik kepuasan yang boleh kita lihat dari masyarakat Sumut. Bisakita lihat masih banyaknya masalah-masalah yang banyak dialami oleh masyarakat, mulai dari masalah sosial, masih banyaknya anak jalanan yang terlantar dipinggiran jalan kota Medan, dari masalah pendidikan, semakin mahalnya biaya pendidikan karena lembaga didik yang berorientasi pada materialistis, dalam hal ekonomi harga barang-barang kebutuhan pokok yang tidak terkontrol, dalam hal keamanan masih terjadi kasus-kasus kriminal sebagai realisasi krisis moral dan ahlak, dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan Gubernur yang akan datang ini sesuai dengan yang kita harapkan, bisa membawa perubahan yang progresif sesuai dengan cita-cita bangsa, apapun yang menjadi kekhasan yang dibawakan oleh bakal-bakal calon Gubsu, kita menanti saja dengan bijak melihat siapa yang pantas untuk diteladani, siapa pemimpin yang pro terhadap perjuangan rakyat. Harapannya rakyat jangan terlalu polos melihat fenomena kampanye sekarang, selamat memilih Gubernur demi perubahan positif.
Liberson Sitanggang
Anggota GMKI Cabang Medan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H