Sekitar 4 minggu yang lalu untuk kali kedua saya dan anak-anak menonton film "Koki-koki Cilik" yang sangat mendorong motivasi, semangat dan minat anak yg satu ini. Kalau film "Koki-koki Cilik" yang pertama mendorong anak mencintai dan menekuni bidang mereka sesuai passion, "Koki-koki Cilik 2" menurut saya lebih sebagai penyemangat mereka dalam menghadapi segala tantangan dalam passion yang mereka geluti.
Petualangan Bima dan kawan-kawannya di Cooking Camp ini jadi cerita yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak saya sampai mereka rajin memantau via youtube untuk kelanjutannya. Setelah "Koki-koki Cilik" pertama sukses membius anak saya untuk memantapkan hati pada cita-cita masa depannya, "Koki-koki Cilik 2" memberi nuansa hubungan batin yang kuat antara anak dan orang tua serta mental baja seorang anak dalam menekuni bakatnya.
Hebatnya, muatan pesan yang berbobot ini tetap dikemas sedemikian 'anak-anak', ceria dan penuh warna. Meskipun, dunia nyata memang tak menawarka kemudahan sedemikian rupa siih apalagi dalam membuka usaha kuliner. Tapi anak dibuat untuk menciptakan imajinasinya setinggi mungkin dalam batas wajar.
Pesan lain yang ada di sini juga tetap memelihara persahabatan dan positif thinking. Keren laah! Ini benar-benar film inspiratif! Apalagi kalau anak dan bunda memang hobi memasak, abis nonton ini waah... jadi semangat ngulik bumbu dapur, bahan masakan dan aneka kue, hehe...
Kemasan yang menarik membuat tiket nonton film ini 'sold out' hampir di semua bioskop. Bahkan, jumlah layar Koki Koki Cilik 2 bertambah, kurang lebih 10 sampai 12 layar, dibagi ke Jabodetabek dan seluruh Indonesia, dari 211 layar menurut Chandra Sapta Surya selaku Head of Promo and Strategic Planner MNC Pictures, saat ditemui wartawan, Minggu (30/6/2019).
Anak Indonesia memang butuh banyak karya yang memuliakan anak demi pendidikan anak yang benar-banar 'ramah anak'. Gempuran budaya pop saat ini memang sedikit banyak mempengaruhi pergeseran nilai-nilai anak bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya. Anak hanya perlu diperlakukan sebagai anak, sebagaimana tahap pertumbuhannya menuntutnya bersikap, bukan didewasa-dewasakan tapi nggak juga harus dianggap manja terus.
Semoga di hari anak nasional ini para sineas, praktisi media, kominfo, para orang tua dan guru lebih menyelami karakter psikologis anak agar tidak salah asuhan. Mereka butuh atmosfir yang kondusif untuk membantu mereka mengejar cita-citanya dan jadi generasi yang bahagia.
Semoga film bergenre anak-anak yang berbobot semakin banyak...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H