Mereka duduk berformasi setengah lingkaran menghadap ke arah kursi ibu Megawati. Terlihat sosok-sosok pemuda dan pemudi mewakili hampir semua wilayah Indonesia yang hadir pada saat itu untuk lebih mengenal dan mendengar pesan seorang ibu yang juga Presiden RI ke-5 dan Ketua Umum partai terbesar di Indonesia saat ini yaitu PDIP. Sosok kharismatik ini terus bercerita dengan semangatnya. Banyak pesan yang ibu Mega sampaikan di acara yang saya ikuti melalui video siaran langsung di sebuah media sosial ini.
Tetiba suaranya meninggi saat ia mengomentari bagaimana perempuan kita saat ini. Menurutnya, perempuan Indonesia kini cenderung hanya bisa mendengar, kurang bertindak aktif. Sejenak saya pun ikut tersentil sendiri. Ibu Mega menginginkan perempuan Indonesia untuk jadi cerdas, sadar dan aktif memperjuangkan diri dan menyampaikan aspirasi. Beliau ingin perempuan sadar akan hak-haknya.
Saya sempat berpikir mengenai bagaimana dengan nasib ibu rumah tangga biasa yang harus mengurus anaknya. Sekejap pertanyaan hati saya pun terjawab ketika beliau menceritakan pengalamannya. Saat ketiga anaknya masih kecil, ia mengurus mereka tanpa menggunakan jasa pengasuh atau pembantu rumah tangga.Â
Ibu Mega mengisahkan bagaimana ia memboyong ketiga putra putrinya ke arisan dan berbagai kegiatan. Sementara itu, di rumah Ia tetap juga mengurus segala kebutuhan mereka termasuk memasak makanan untuk mereka. Salut! Bahkan beberapa temannya terheran-heran melihatnya membawa ketiga anaknya kesana kemari di antara banyak kegiatannya.
Kecenderungan saat ini menuntut perempuan untuk tampil cantik baik secara fisik, pakaian maupun tata krama. Ibu Mega setuju perempuan harus tampil cantik dan anggun untuk dirinya sendiri dengan catatan: harus diimbangi otak yang cerdas! Cerdas yang dimaksud ibu Mega yaitu perempuan yang sadar akan hak-haknya, bukan pasif dan pasrah pada nasib. Menurutnya, perempuan yang cerdas adalah yang pintar berbicara dan berekspresi di saat dibutuhkan.
Ibu Megawati Soekarnoputri memang sosok yang sangat peduli kepada kaum perempuan. Di akhir masa ia menjabat sebagai presiden, ibu Mega menerbitkan Undang-Undang No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. UU ini ia keluarkan karena geramnya melihat kasus pemukulan terhadap perempuan oleh suaminya dan ketidakberdayaan perempuan membela nasibnya.Â
Diceritakan pula oleh beliau, seorang sahabatnya pernah menghampirinya sambil menangis dan mengeluhkan bahwa dirinya akan diceraikan suaminya. Sahabat ibu Mega itu seperti putus harapan dan khawatir tak akan sanggup hidup jika kelak ditinggal sang suami. Dengan lantang ibu Mega pun meminta sahabatnya untuk bangkit membela diri. Ibu Mega bahkan mengancam tak ingin lagi jadi sahabat ibu itu jika ia tak mampu bangkit dari situasinya saat ini.
Ibu Megawati sendiri sudah tiga kali melalui bahtera rumah tangga. Ia harus tegar kehilangan suami pertamanya Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso, seorang pilot pesawat AURI dan perwira pertama di TNI-AU. Ibu Mega menikah dengannya pada tanggal 1 Juni 1968. Megawati sempat ikut suaminya tinggal di Madiun. Di sana ibu Mega menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak pertamanya, Mohammad Rizky Pratama.Â
Surindro dan tujuh orang awak pesawatnya hilang. Yang ditemukan di sekitar lokasi hanya serpihan puing pesawat. Ibu Mega dipaksa menghadapi kesedihan dan ketidakpastian dengan jabang bayi yang masih ada dalam kandungannya.
Beberapa tahun sejak peristiwa itu, saat usia ibu Mega masih awal 20-an dengan dua anak balitanya, beliau kembali membangun rumah tangga dengan seseorang yang konon adalah pengusaha asal Mesir bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan. Namun, pernikahan di masa ibu Mega masih gamang sejak ditinggal suami pertamanya ini hanya bertahan 3 bulan.Â