Ada yang berjalan kaki ratusan kilometer, ada yang menggadaikan sepeda motornya untuk ongkos, ada pula yang menyewa kendaraan dan berangkat dari pulau seberang demi mengikuti Reuni 212 di sekitaran Monas, Jakarta, 2 Desember 2018 kemarin. Beberapa peserta terlihat berangkat satu keluarga dan membawa anak-anak yang masih balita. Setidaknya ribuan orang hadir membludak di jalan-jalan seputaran silang Monas. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka dapatkan?
Reuni ini rangkaian aksi menjebloskan seorang Basuki Tjahja Purnama alias Ahok ke dalam penjara atas tuduhan penistaan agama. Saat ini bahkan Ahok sudah mendekati masa bebasnya lagi setelah hampir 2 tahun dipenjara di sel Mako Brimob sebagai vonis dakwaan penistaan agama. Lantas reuni ini untuk apa?
Mereka menggadang kasus pembakaran bendera HTI atau bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh oknum Banser atas kekhawatiran bahwa ini adalah bendera organisasi terlarang. Oknum banser tersebut pun sudah divonis 10 hari penjara oleh Pengadilan Negeri Garut.
Ribuan bendera tauhid berwarna-warni dibawa oleh peserta reuni. Topi, kaos, tas, pin dan atribut lainnya pun dicetakkan kalimat tauhid. Mereka membuat seolah aksi pembakaran bendera itu mewakili sikap pemerintah yang dituding anti Islam dan anti ulama. Ya ya... lagi-lagi pemerintah dan pemerintah yang disalahkan.
Saya tidak boleh kampanye, jadi saya hanya ingin mengucapkan terima kasih bahwa saya diundang hari ini oleh panitia." Ada hal menggelikan Saya lihat di sini, seperti melihat sebuah cuplikan iklan di televisi di tengah sebuah tayangan lalu si pemerannya mengaku sedang tidak menawarkan apa-apa, cuma ingin berterima kasih karena diberi kesempatan tampil di televisi. Konyol, bukan?
Dalam jejeran tokoh yang diundang dan duduk di panggung tak kelihatan kiyai-kiyai senior yang haxir saat aksi 2 Desember 2012 lalu. Sepertinya mereka berhalangan hadir.
Tapi apakah justru mereka mulai menyadari kurang berfaedahnya aksi ini pada kebaikan umat dan lebih baik melakukan hal bermanfaat lainnya?
Melalui video converence yang disiarkan TV One, kyai Abdullah Gymnastiar yg akrab disapa Aa Gym mengatakan bahwa beliau tidak bisa hadir di Reuni 212 karena harus mengikuti rangkaian syukuran hari jadi pesantren yang beliau dirikan, Daarut Tauhid, di Bandung. Meskipun Reuni 212 ini sudah direncanakan sejak lama rupanya seorang Aa Gym lebih memilih mengikuti agendanya sendiri.
Anies Baswedan yang hadir dengan seragam gubernurnya, padahal saat itu adalah hari libur dinas, pun tak ayal memberikan sambutan sambil disisipi penjabaran keberhasilan program-programnya. Rupanya Reuni 212 bisa juga jadi etalase politik ya...
Yang paling disorot adalah sambutan Habib Bahar bin Smith, si pendakwah berambut gondrong dicat pirang yang sedang dilaporkan ujarannya oleh relawan Jokowi ke kepolisian. Di penghujung sambutannya, Habib Bahar dengan berapi-api kembali membahas ceramahnya yang berisi ujaran kebencian dan penghinaan kepada presiden Joko Widodo.