Aku adalah perantau jomblo yang berangkat ke Jakarta untuk bekerja dengan niat ibadah karena Allah SWT.
Lebaran tahun ini aku di Jakarta, sedang keluargaku di Semarang. Ini adalah pengalaman pertamaku merantau, pengalaman pertamaku lebaran tidak di kampung halaman, dan yang paling ngenes, ini adalah pengalaman pertamaku lebaran sendirian.
Kengenesan ini terjadi karena ada larangan tidak boleh mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Baru saja aku melalui tanggal 30 Ramadhan 1442H.
Pada waktu sahur, aku tengok mug putih bergambar sahabatku, sahabat bawaslu kabupaten semarang yang terletak di atas meja kamar kosku. Mug berisi teh manis  yang aku buat sejak malam hari itu ternyata tidak dikerubungi semut. Ini nggak seperti biasanya. Sebelumnya, rerontokan keripik aja bisa datengin semut.
Melihat itu, seketika aku ambil hp, kupotret, dan kuupload status whatsapp dengan caption, "Teh ini kubuat dari malam. Ternyata sampai pagi nggak dirubung semut. Apa mungkin semut sudah mudik?"
~~~
Selesai sholat subuh, aku kembali merasakan lebaran sendirian.
Sudah jadi tradisi keluargaku, ba'da subuh sehari sebelum lebaran, kita ziarah ke makam simbah. Kita bersihkan makam simbah, tabur bunga lengkap dengan minyak wangi, kemudian tahlil bersama.
Simbah, walaupun sejak lahir aku tidak tau simbah seperti apa. Absenku pada ziarah lebaran tahun ini menjadi hal yang sangat berbeda.
~~~
Saat menulis tulisan ini, aku sedang lesehan menonton tv berdua dengan temanku sembari menunggu buka puasa ramadhan terakhir tahun ini.
Aku tidak benar-benar sendirian, karena ada teman kosan yang bernasib sama. Sama-sama jauh dari keluarga, bekerja di tempat yang sama, masih single, dan sama-sama terpaksa tidak bisa mudik.
~~~
Malam nanti, takbir dikumandangkan. Aku belum tau, apakah aku akan kuat hati, atau akan netes eluh mbrebes mili ning pipi.