Tapi, siapapun itu dilarang untuk menyentuhnya atau tidak bisa bernapas ketika bersentuhan dengannya. Lalu, bagaimana pengunjung bisa duduk di kursi tersebut agar bisa kembali ke masa lalu?Â
Menunggu "sang hantu" pergi ke toilet.Â
Agak lucu dan aneh kedengarannya, tapi hanya itu satu-satunya kesempatan untuk bisa duduk di kursi tersebut. Hantu itu minum dan makan snack, serta membaca sepanjang hari. Adakalanya "sang hantu" pergi ke toilet karena dia minum dan makan. Ya, seperti itulah alur ceritanya dan inilah yang buat menarik.Â
Terutama soal siapa si tokoh hantu itu sebenarnya. Soalnya, saya sendiri pun terkejut dengan sosok dia sebenarnya. Sungguh plotwist yang tak terduga.Â
Dalam film Cafe Funiculi Funicula, tercatat ada tiga pengunjung yang mencoba datang ke masa lalu. Meskipun mereka tahu kembali ke masa tersebut tidak akan mengubah masa lalu, tapi setidaknya ada hal yang bisa disampaikan.
Sesuatu baik itu pikiran maupun perasaan yang seharusnya disampaikan saat itu, tapi belum sempat diungkapkan. Melalui kafe inilah, kesempatan itu dihadirkan.Â
Ada beberapa kisah yang membuat suasana haru, terutama tentang sepasang suami istri di mana sang istri terkena demensia. Kisah keduanya tidak banyak diceritakan, tapi cukup menohok pada bagian akhir.Â
Di sisi lain, kisah romansa Kazu, generasi pewaris kafe sekaligus yang bisa menjalankan "keajaiban kafe Funiculi Funicula" juga tak kalah menariknya.Â
Ada penyesalan di masa lalu yang Kazu alami. Perasaan bersalah yang membuatnya mengurungkan perasaan untuk hidup lebih bahagia.Â
Namun, Shintani, seorang mahasiswa yang kerap mendatangi kafe tersebut tak menyerah. Meski semuanya harus dia awali dari pertemanan. Hingga pada titik di mana kembang api dinyalakan, di sanalah dia mencuri kesempatan dan merebut hati Kazu.Â
Film Cafe Funiculi Funicula tidak hanya berputar pada romansa Kazu dan Shintani meski keduanya tokoh utama. Ada beberapa tokoh lainnya yang hadir sebagai pengunjung dan menyimpan kisah haru masing-masing.Â