Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Lainnya - A Science and Pop Culture Enthusiast

Passionate on environment content, science, Korea and Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membedah Ketedalanan Jenderal Hoegeng sebagai Teladan Generasi Muda di Era Disrupsi

11 Januari 2023   06:10 Diperbarui: 11 Januari 2023   06:10 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal tersebut dikarenakan seolah praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) adalah kewajaran yang sudah bisa dilakukan sejak generasi ke generasi. Bahkan, data dari Transparency International Indonesia (TII) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia masuk dalam peringkat 102 dari total 180 negara yang disurvei. 

Peringkat ini juga mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2019 yang mencapai posisi 85. Fakta ini membuktikan bahwa meski telah ada lembaga pemberantasan korupsi dan hukum yang berlaku tidak memberikan dampak terhadap pencegahan korupsi di Indonesia. Ujungnya, negara Indonesia akan terancam masa depannya di tangan pemimpinnya yang korupsi dan hanya memperkaya diri.

Rasanya, korupsi juga tidak mengenal empati dalam praktiknya. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kasus korupsi dana bantuan sosial (bansos) untuk penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh Menteri Sosial, Juliari Batubara. Hal ini pastinya menjadi berita buruk jika generasi muda Indonesia meneladani dan membiasakan perilaku buruk pejabat atau pemimpin yang seperti itu. 

Maka dari itu, diperlukan sebuah keteladanan pemimpin yang dapat menjadi contoh bagi generasi muda di masa disrupsi ini. Tokoh teladan dalam kepemimpinan tersebut, yakni Jenderal Hoegeng.

Jenderal Hoegeng Iman Santoso atau lebih dikenal sebagai Jenderal Hoegeng adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang menjabat pada tahun 1968-1971. Beliau termasuk tokoh yang dihormati di kalangan kepolisian Republik Indonesia. Selama menjabat, beliau telah membawa perubahan besar dalam tatanan kepolisisan Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan sosoknya sebagai pemimpin yang berkarakter. Karakter yang dimiliki tersebut diantaranya, jujur, sederhana, profesional, baik, supel, tegas, dan disiplin. Semua karakter tersebut adalah sifat-sifat yang sudah sepantasnya ada dalam jiwa seorang pemimpin.

Salah satu fakta menarik dari karakter Jenderal Hoegeng ini, yaitu sifat tegas dan bersihnya pada saat menangani kasus penyelundupan yang disertai rayuan dari seorang penguasa cantik keturunan Makassar-Tionghoa. Secara tegas, Jenderal Hoeheng menolak untuk berhenti menyelidiki kasus tersebut. 

Hal ini menunjukkan, Jenderal Hoegeng sebagai tokoh yang berkarakter tegas dan jujur, serta profesional akan wewenang yang diberikan. Tidak hanya itu, tokoh ini juga terkenal dalam cerita presiden Abdurrahman Wahid yang menyatakan bahwa "hanya ada tiga polisi yang tidak dapat disuap, yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng". Pernyataan presiden ke-4 Indonesia tersebut merupakan sebuah sarkasme yang menunjukkan bahwa Jenderal Hoegeng adalah tokoh yang jujur.

"Berani jujur hebat", istilah ini juga kerap terdengar di kalangan umum. Realitanya, "Berani jujur mati". Pernyataan ini juga tidak sepenuhnya salah karena memang faktanya seringkali kejujuran seseorang harus dibayar dengan nyawa. Hal ini pula yang dirasakan oleh Jenderal Hoegeng. Di tahun 1956 pada saat ditugaskan bekerja di Medan, Jenderal Hoegeng mengalami ancaman pembunuhan dan menjadi sasaran penembakan. Hal tersebut diakibatnya sifatnya yang teguh pendirian dan menolak diajak kompromi dalam kasus penyelundupan. Sebenarnya jika dibandingkan dengan kondisi sekarang, kasus serupa juga hampir terjadi. 

Contohnya, pada kasus penyiraman air keras yang dialami oleh salah satu penyidik KPK, Novel Baswedan. Fakta ini semakin menyadarkan masyarakat bahwa memang selalu ada resiko dalam menjujung nilai-nilai kejujuran di setiap tatanan pemerintahan.

Jenderal Hoegeng dan juga penyidik KPK tersebut merupakan satu dari di antara pejuang kejujuran di negeri ini. Jenderal Hoegeng juga memegang prinsip bahwa dalam hidup tidak perlu takut untuk menghadapi orang-orang yang berkuasa, tetapi takutlah pada Sang Pencipta. Memang ini terdengar umum, tetapi tidak mudah dalam pelaksanaannya. Di samping itu, Jenderal Hoegeng juga sosok yang disiplin. Bagi seorang pemimpin, memiliki kepribadian yang disiplin adalah hal yang penting karena mencerminkan seseorang yang tepat waktu serta berkomitmen dalam bertindak secara tegas. 

Pribadi Jenderal Hoegeng yang disiplin tersebut dapat dilihat ketika ketepatan pada saat berangkat bekerja, yaitu selalu datang lebih awal pada pukul 05.30 meski jam masuk kerja dimulai pukul 07.00 WIB (Suhartono 2013). Hal ini beliau terapkan pada saat menjabat sebagai menteri dan sekretaris presidium kabinet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun