Mohon tunggu...
Lia M. Rahmalia
Lia M. Rahmalia Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK yang senang membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Malunya Tuuhhh... Nggak Tahan...

19 Februari 2023   07:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   06:57 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Canva

Pertengahan bulan, biasanya menjadi saat-saat rawan kondisi perdompetan, apalagi bila anak-anak pulang dari ngekost. Sudah pasti waktunya perbaikan gizi bagi mereka, sehingga ada saja permintaan untuk dimasakkan makanan hasil karya emaknya. Mendapat permintaan rutin tersebut tentu saja si emak tak akan tega.

"Bu...ade pengen dimasakin rendang dech, masakan ibu kan paling endool sejagat raya" kata si bungsu mulai dengan rayuan mautnya.
"Kalau kakak inginnya siii...udang krispi" tukas kakaknya tidak mau kalah.

Begitulah request dari ke dua mutiara hatiku. Jadi meski dompet sudah kosong. ATM lah solusinya.

Siang hari, ketika pulang sekolah aku mampir ke ATM, dengan percaya diri ikut antrian, tapi hari itu banyak orang-orang yang antri, entah sama kondisinya sepertiku mau mengambil uang atau punya urusan lain.

Ketika sedang asyik menunggu antrian tiba-tiba gadgetku berdering, tanda ada telepon yang masuk, Kulihat nama si kakak, tentu saja kuangkat, dan agak menyingkir dari antian agar percakapan terdengar jelas.

"Assalamu'alaikum, bu cepat pulang bapak kayaknya sakit, pulang-pulang langsung tergolek di kursi, wajah dan bibirnya pucat. Kakak khawatir bu" kata si kakak dengan nada cemas.
"Wa'alaikum salam, ohh...ya... cepat buatkan teh manis, secepatnya ibu pulang" sahutku dengan perasaan yang tak menentu.

Setelah lama menunggu, tidak terasa tiba giliranku ke ATM, dan ternyata, di belakangku sudah tidak ada orang mengantri. Mungkin waktu aku terima telepon, jadinya didahului oleh yang lain.

Seperti biasa, kuambil kartu ATM nya dari dompet dan memasukkannya pada tempat yang tersedia, tetapi setelah beberapa saat, selalu saja tidak berhasil, mencoba lagi dan lagi. Namun tetap saja tidak berhasil. Aku mulai panik, lalu melihat kanan kiri, tetapi tak kulihat siapapun. Aku pun keluar dari ruang sempit tersebut.

Tiba-tiba seorang Satpam menghampiri,
"Ada yang bisa saya bantu bu ?" Tanyanya dengan nada dan sikap yang sopan.
"Eeeeuu...iya pak, sudah beberapa kali ibu coba tapi kok nggak berhasil ya" sahutku.
"Kalau begitu, boleh saya bantu?" Tukasnya menawarkan.
"Boleh pak, silakan" jawabku sambil menyerahkan kartu ATM pada Satpam tersebut.

Dia pun masuk, diikuti olehku, dan mempersilakan memasukkan nomor pin nya. Namun setelah beberapa kali, tetap saja tidak berhasil. Aku menjadi agak panik lagi,
"Kenapa ya pak, kok tidak berhasil saja?" Tanyaku
"Ada apa ya, boleh saya coba lagi ya bu" katanya sambil mengulurkan tangan untuk mengambil kartu ATM dariku. Untuk beberapa saat dia tidak langsung memasukkan kartunya, hingga...,
" Maaf ibu, sepertinya ibu salah memasukkan kartunya, ini kartu ATM bank lain ibu", katanya dengan ramah, tapi sambil menahan senyum.
"Yaa Allah...benarkah?, maaf..." Sahutku dengan perasaan malu.
"Tidak apa-apa bu", sahutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun