Mohon tunggu...
Lia M. Rahmalia
Lia M. Rahmalia Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK yang senang membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan di Malam Hari [Part 1]

3 November 2022   19:46 Diperbarui: 3 Januari 2023   22:10 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adnan adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi di kota Bandung. Dia berasal dari pulau Bangka Belitung. Karena tinggal menunggu wisuda saja, maka di waktu luangnya dia menjadi driver ojek online, untuk menambah uang sakunya. Karena kadang-kadang kiriman dari orang tuanya agak terlambat, maklum orang tuanya hanyalah petani.

Suatu hari, ketika sedang beristirahat, Adnan menerima telepon dari teman baiknya yang mengundang untuk datang di hari pernikahannya di kota Kuningan. Tentu saja Adnan menyanggupi untuk datang pada waktunya.

Hari yang ditentukan pun hampir tiba, maka sehari sebelumnya Adnan bersiap-siap untuk berangkat ke Kuningan, namun karena merasa sudah hafal, walau baru sekali datang ke Kuningan, Adnan dengan percaya diri memutuskan berangkat setelah sholat ashar.

Sampai di perbatasan antara kota Cirebon dan Kuningan, tiba-tiba turun hujan dengan sangat deras, Adnan pun bergegas menepikan motornya, untuk memakai jas hujan, tetapi sial, ternyata jas hujannya tidak ada di bagasi motornya, setelah diingat-ingat, Adnan menyadari bahwa jas hujannya beberapa hari yang lalu dipinjam oleh temannya dan belum dikembalikan. Jadilah Adnan berteduh di sebuah warung kecil, tapi sudah ditutup pemiliknya.

Setelah menunggu beberapa jam, hujan tak kunjung reda, hari pun sudah mulai gelap, adzan maghrib terdengar mulai berkumandang bersahutan dari berbagai penjuru. Karena keterbatasan tempat, maka Adnan pun cuma bergumam sendiri,

"Sholat maghribnya nanti sajalah ditarik ke isya."

Adnan terus menunggu dan berdo'a semoga hujan lekas reda, tapi hujan seperti dicurahkan dari langit. Hati Adnan mulai ketar-ketir karena kalau malam hari dia tidak begitu hafal jalan.

Dalam kesendiriannya, Adnan sesekali melihat gawainya, namun sinyal sepertinya tidak bersahabat, maka dia kembali tercenung sendiri melihat air hujan yang jatuh dan hamparan sawah di seberang jalan, lalu lintas pun terlihat semakin lengang.

Karena hujan tak kunjung reda, maka Adnan berpikir, dengan terpaksa dia akan menerobos hujan kalau sudah agak reda, alhamdulillah sepertinya do'anya dikabul, hujan sudah mulai reda, maka dia pun mulai bersiap-siap menghidupkan motornya.

Menyadari motornya sudah mulai suka ngadat, maka Adnan pun menjalankannya tidak begitu kencang, apalagi dalam situasi hujan seperti sekarang.

Setelah beberapa jam mengendarai motornya, Adnan merasa agak aneh, karena jalan yang dilaluinya makin lama, makin jelek, berlubang dimana-mana. Tapi dia berusaha sabar.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun