Mohon tunggu...
Lia Oktaviana
Lia Oktaviana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

melalui proses berharap progres

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelaah Hasil Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Manusia Merdeka dalam Pendidikan

31 Desember 2022   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:26 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah tempat dimana peserta didik untuk belajar ilmu pengetahuan, sosial hukum, ekonomi, budaya dalam kehidupan. Kita sering mendengar tentang pengajaran, lalu bagaimana arti pengajaran tersebut, apakah arti pendidikan dan pengajaran itu sama. Pengertian pengajaran adalah kegiatan dalam menyampaikan ilmu secara lahir dan batin. Bedanya pengajaran dan pendidikan adalah pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata dasar dari Pengajaran adalah Ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Sedangkan Pengajaran dalam KBBI artinya proses, cara, perbuatan mengajar. Jadi bedanya jelas pendidikan adalah tempat belajar sedangkan pengajaran adalah pemberian atau penyaluran ilmu.

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan menuntun kekuatan kodrat pada anak-anak agar selamat dan bahagia. Berdasarkan penjelasan tersebut yang dimaksud pada arti kata selamat adalah agar anak atau peserta didik memiliki kecerdasan dalam berpikir, tidak mudah dibohongi dan diperalat oleh orang lain. Sedangkan kata bahagia mengartikan pencapaian hidup dengan merasa jiwa tentram dan penuh hal kesenangan.

Menuntun kodrat dan tingkah laku pada anak menurun Ki Hajar Dewantara diibaratkan seperti biji jagung yang ditanam dan disemaikan oleh petani. Biji jagung diibaratkan adalah peserta didik, penanaman dan penyemaian diartikan proses belajar peserta didik, sedangkan petani diartikan guru. Keberhasilan petani dalam menyuburkan jagung hingga menumbuhkan biji jagung hingga tumbuh dan berkembang dan menghasilkan jagung yang berkualitas digambarkan seperti peserta didik yang dibimbing dan dituntun oleh guru untuk menjadikan peserta didik memiliki budi pekerti yang baik, berprestasi, taat beragama dan lain-lain. Yang dimaksud kodrat adalah kekuatan yang dimiliki, menuntun peserta didik agar dapat mengatur diri sendiri untuk merdeka. Manusia merdeka yaitu manusia yang bersandar pada diri sendiri bukan orang lain hal dalam pendidikan yaitu diharapkan peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran mandiri dan menuju tujuan yang relevan.

Penerapan manusia merdeka dalam pendidikan dapat diterapkan pada peserta didik. Implementasi peserta didik dapat diterapkan pada semua jenjang.  Peserta didik merdeka adalah siswa dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya, hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki keunikan tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Contoh pada implementasi pada peserta didik di tingkat menengah adalah guru tidak kaku dalam mengajar, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bebas memilih sumber belajar bukan hanya dari buku, misalnya menggunakan internet. 

Contoh lain adalah guru dalam memberikan tugas berbasis projek tidak hanya dengan berupa tulisan saja, tetapi guru berupaya mengembangkan potensi dengan membebaskan hasil dari pengerjaan berupa tulisan, gambar, ilustrasi, pamphlet, grafik, video, audio, PPT dan lain-lain. Melalui hal tersebut peserta akan mengembangkan kemampuannya dengan memilih pengerjaan tugas sesuai dengan keinginannya. Guru juga turut memperhatikan gaya belajar siswa apakah siswa dikelas gaya belajar kinestetik, auditori, audio-visual, membaca dan menulis dan menentukan gaya belajar yang cocok.

Kekuatan sosio-kultural menjadi proses 'menebalkan' kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Untuk itu diperlukan adanya perubahan dan pembimbingan dalam membentuk kekuatan kodrat anak agar berkembang sesuai dengan moral dan tujuan yang relevan pada zaman sekarang.  Guru pada hal ini dapat memberikan tuntunan dan pemberian pengayoman untuk peserta didik. 

Dalam hal ini,  Ki Hajar Dewantara mengungkapkan sistem among merupakan metode pendidikan dalam proses pendidikan yang dapat dijadikan pedoman oleh guru sebagai cara untuk menuntun peserta didik dalam mengembangakn potensi dan menjadi manusia yang merdeka. Pedoman tersebut adalah "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Ing ngarso sung tulodho yang berarti di depan guru menjadi teladan atau contoh yang baik bagi peserta didik. Ing madya mangun karsa artinya di tengah memberikan kehendak dalam membangkitkan semangat peserta didik. Tut wuri handayani artinya di belakang memberikan dorongan berupa motivasi beserta saran kepada peserta didik.

Melalui hal diatas dapat disimpulkan bahwa peran peserta didik dan guru amatlah penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan pengajaran dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia zaman sekarang, agar mencapai kebahagiaan dan tujuan yang relevan. Guru hendaknya membarikan pengajaran yang tidak kaku, memperhatikan karakteristik peserta didik dan mengingat proses pembelajaran dengan pedoman "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun