Mohon tunggu...
Lian Dewi Angellia
Lian Dewi Angellia Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya ibu rumah tangga dari 1 orang anak laki-laki, yang berdomisili di kota Bontang mengikuti kemana pasangan sayapku terbang. Hobi bersosialisi, menulis, dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Di Sana Tak Di Sini Sama Saja

11 Mei 2011   06:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jam menunjukkan pukul 04.15 waktu Kuala Lumpur, masih 2 jam sebelum adzan shubuh, terdengar suara rengekan anakku yang berusia 1.5 tahun yg terbangun karena mendengar gaduh2 di luar. Karena sibuk menyusuinya, aku pun hanya bisa mendengar saja suara gaduh tersebut dan enggan untuk melihat keluar jendela apa yang sedang terjadi.

Mamaku pun ternyata juga terbangun mendengar suara itu, akhirnya rasa ingin tahunya itu menuntunnya untuk menyibakkan tirai jendela dari lantai 1 kamar yg bernomor 109, di sebuah hotel bintang 3 di sepanjang jalan Bukit Bintang atau Arab Street sebutan kerennya. Mamaku melihat suara gaduh itu bersumber dari kawanan orang yang marah-marah dan memukuli seorang dari mereka, hingga orang itu hanya berteriak2 dan yang lain masih sibuk menghajar orang tersebut sambil mengomeli. Entah apa yang sedang mereka ucapkan, hanya bahasa cina saja yang kudengar dari mulut-mulut mereka yang nampaknya suara-suara orang mabuk.

Seketika bayanganku berlari ke kejadian masa kecil hingga beberapa tahun silam. Teringat jelas rekaman mimpi buruk yang pernah ada dalam kehidupan pribadiku di masa kecil. Tak terbayang betapa pedihnya nasib yg mereka alami. Aku bisa tahu bagaimana ketakutan orang yang dianiaya tersebut, aku juga bisa merasakan bagaimana keluarganya nanti menghadapi kejadian ini.

Di Indonesia, aku banyak melihat dan mendengar suasana gaduh semacam ini, baik di dekat lingkungan rumahku yang notabene jalanan ramai dekat Malioboro maupun di kampung nenekku yang banyak terdapat orang2 kurang berpendidikan tapi mempunyai kebiasaan mabuk. Bahkan di desa sekalipun tempat aku KKN, pemuda-pemuda desa mempunyai kebiasaan buruk minum alkohol. Perkelahian antara para pemabuk adalah hal yang biasa kutemui. Kematian karena overdosis ataupun keracunan metanol adalah hal yang sudah tdk asing lagi di Yogyakarta, kota di mana aku dilahirkan. Di kota2 lain pun juga ternyata demikian.
Di Malaysia, 2 tahun lalu pun ketika aku pindah dari dormitory mahasiswa (second college) ke apartemen biasa bersama kawan2 indonesia, aku mempunyai tetangga yang mana orang Melayu tetapi suka mabuk. Kerap sekali aku mendengar suara gaduh, bantingan pecah belah dan teriakan istrinya dari apartemennya. Pernah kawanku tanpa sengaja sekali saja berada dalam 1 lift dengannya saat dia mabuk, hingga sesampai di lantai 15 tempat apartemen kami berada, dia keluar lift lalu berteriak2 sambil muntah2 karena kebanyakan minum. Nampak sekali kehidupan mereka tidak pernah 'ayem tentrem'. Kasihan kalau melihat anak-anaknya yang masih kecil dengan segala ketakutan yang mempengaruhi

Selain itu, kawan2 kuliah yang datang dari luar Malaysia seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja,Laos, dll, ternyata mereka jg mempunyai kebiasaan suka minum. Kebiasaan tsb berdampak pd studi mereka. Mereka jarang berangkat kuliah tepat waktu bahkan sering bolos, utk tugas2 pun mereka jarang bs mengikuti dg baik dan hanya menyontek meski kecerdasan mereka bagus sekali. Hingga beberapa dari mereka kudapati belum bs lulus dan terbengkalai risetnya, walaupun ada jg yg bs selesai.

Di mana saja, banyak kutemui perilaku orang yang suka minum minuman keras. Selain mengorbankan kebahagiaan keluarga, menimbulkan permusuhan, juga membuat kemaksiatan demi kemaksiatan merajalela silih berganti. Naudzubillah mindzalik... Aku berlindung kepada Alloh dari hal2 yang demikian. Semoga Alloh menjaga anak cucu dan seluruh keturunanku dari segala keburukan dunia dan akhirat.

-Mengorek Catatan Lama-

Kuala Lumpur, 4 Agustus 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun