batik yang telah berusia lanjut tetapi masih terus berkarya sampai saat ini. Pada usia lanjut ada baiknya seorang insan sudah waktunya untuk beristirahat dan menikmati hidupnya, tetapi tidak dengan Bu Jum, yang masih sibuk bekerja sebagai perajin batik di salah satu toko batik bernama Hamzah Batik yang berada di kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Jika kita ingin melestarikan budaya, kita harus terus menciptakannya", kutipan tersebut sangatlah cocok untuk menggambarkan Bu Jum, seorang perajinHidup pada kemajuan zaman modern serba canggih, ditengah gempuran batik cap dan printing tidak menggoyahkan semangat Bu Jum untuk terus berkarya melalui goresan tangannya dalam menciptakan keindahan pada tiap lembar kain batik menggunakan teknik batik tulis. Siapa sangka hobi yang dimiliki Bu Jum sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar menjadi sumber penghasilannya sampai saat ini. Bu Jum sangat menikmati pekerjaannya tersebut.
Hamzah Batik menjadi saksi bisu atas dedikasi Bu Jum. Setiap hari, dia duduk di pendopo toko tersebut, menyibukkan diri dengan canting, malam (lilin coklat), panci, dan anglo (kompor) untuk mencairkan malam, sambil diiringi lantunan musik khas Jawa yang diputar pada Hamzah Batik. Lingkungan kerjanya menciptakan suasana yang memungkinkannya merajut keindahan pada selembar kain putih hingga menjadi karya seni bernilai tinggi. Rutinitas ini bukanlah beban bagi Bu Jum, melainkan hobi yang dibayar. Hal tersebut dapat dibuktikan pada senyum tulus dan penuh ketenangan setiap kali Bu Jum menggoreskan canting pada kain. Tujuh tahun perjalanan bersama Hamzah Batik menjadi bukti keteguhan dan kecintaan Bu Jum pada pekerjaannya. Rutinitas sehari-hari seperti ini menjadi lebih dari sekadar pekerjaan, ini adalah bentuk penghargaan terhadap keindahan tradisional dan kebanggaan akan warisan budaya Indonesia.
Pengunjung Hamzah Batik tidak hanya dapat menyaksikan proses pembuatan batik yang dilakukan oleh Bu Jum, tetapi mereka juga memiliki kesempatan belajar membatik langsung bersamanya. Dengan tarif terjangkau mulai dari Rp25.000,00 sampai dengan Rp30.000,00, mereka dapat menciptakan karyanya sendiri, mulai dari tas, topeng, talenan, hingga sapu tangan, yang kemudian dapat dibawa pulang sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh.
Bu Jum dapat menggambar beraneka macam motif batik, mulai dari motif parangtritis, motif kawung, motif ceplok kasatrian, motif geblek renteng, serta motif-motif khas Jogja lainnya. "Alhamdulillah selama menerima pesanan, saya selalu bisa memenuhi permintaan pesanan dengan berbagai macam motif batik yang diminta" ucap Bu Jum dengan suaranya yang lemah lembut. Proses pembuatan batik tulis oleh Bu Jum memerlukan waktu yang cukup lama, berkisar antara satu hingga dua bulan. Mulai dari penggambaran motif, proses pewarnaan, hingga tahap terakhir di mana kain batik direbus untuk melepaskan lilin, setiap langkah membutuhkan kesabaran dan keterampilan tinggi. Setelah itu, kain batik digambar kembali untuk kedua kalinya, menghasilkan warna dan motif yang memukau.
Keunikan dari karya Bu Jum tidak hanya terletak pada ketelatenannya, tetapi juga pada tujuan akhir dari setiap hasil karyanya. Berbeda dengan batik-batik lain yang dijual di Hamzah Batik, karya Bu Jum tidak untuk diperjualbelikan. Sebaliknya, batik tulisnya menjadi pajangan di Keraton Yogyakarta. Setiap pesanan dari Keraton dijalankan oleh Bu Jum dengan sepenuh hati dan penuh dedikasi, menunjukkan bahwa seni dan kebudayaan tidak mengenal batas usia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H