"Bangun Personal Branding ala Tahadduts bi al-Ni'mah: Bersyukur Tanpa Pamer"
Siapa bilang membangun personal branding termasuk sombong? Pernyataan ini banyak sekali saya dengar di media sosial maupun dunia nyata. Kalau memang dengan kita membangun personal branding termasuk dalam hal menyombongkan diri, pertanyaan saya adalah kalau kita tidak punya branding diri yang baik, apa yang akan kita jual dalam diri kita, sewaktu ingin melamar sebuah pekerjaan yang kita impikan nantinya? Untuk mematahkan statement tersebut, saya mencoba mengaitkan personal branding dan konsep dalam Islam yaitu Tahadduts bi al-Ni'mah.Â
Nilai Tahadduts bi al Ni'mah
Tahadduts bi al-Ni'mah adalah istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan kebahagiaan seseorang terhadap kenikmatan yang didapatkannya. Atas kenikmatan tersebutlah ia perlu memberitahukannya kepada orang lain dan diterapkan melalui bentuk ekspresi rasa syukur yang mendalam, dengan batasan tidak untuk menyombongkan diri. Tujuan dari tahadduts bi al-Ni'mah ialah untuk memberikan motivasi kepada orang lain untuk lebih dekat dengan-Nya dengan cara bersyukur. Â Menurut Choirul Mahfud dalam artikel jurnalnya yang berjudul "The Power of Syukur", ia menegaskan bahwa, syukur mengandung tiga makna. Pertama, syukur dengan hati, yaitu mengakui nikmat-Nya dengan rasa kepuasan batin. Kedua, syukur dengan lidah, yaitu mengakui nikmat-Nya dengan memuji pemberian-Nya, biasanya dengan diiringi kalimat "Alhamdulillah". Ketiga, syukur dengan perbuatan, hal ini bisa dilakukan dengan ikut andil dalam kegiatan sosial yang bermanfaat untuk orang banyak.
Dalam Al-Qur'an sendiri, perintah Allah Swt. untuk melakukan tahaddust bi al-ni'mah terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi:
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)" (Q.S. Adh-Dhuha [93[: 11).
Quraish Shihab dalam (Tafsir Al-Misbah jilid 15, h 351-352) menjelaskan bahwa maksud dari ayat di atas ialah  boleh untuk menampakkan harta dan kenikmatan yang kita punya, dengan catatan harus disertai dengan rasa syukur. Menyebut-nyebut nikmat Tuhan disertai dengan rasa puas sambil menjauhkan dari rasa riya dan bangga adalah salah satu penerapan dari kesyukuran kepada Allah Swt. Al-Qurthubi menyatakan riwayat dari Sayyidina al-Hasan, putra Ali-bin Abi Thalib, yang menyatakan: "Apabila kalian memperoleh kebajikan atau mengamalkan kebajikan, maka ceritakanlah hal tersebut kepada saudaramu yang engkau percaya." Namun, harus digarisbawahi bahwa penyampaian seperti ini dianjurkan selama tidak diiringi rasa bangga ataupun ingin dipuji. Sedangkan menurut Buya Hamka dalam (Tafsir Al-Azhar jilid 10, h 688-689) menjelaskan bahwa syukurilah nikmat yang Allah berikan kepada kita, baik itu kenikmatan yang bersifat material ataupun kenikmatan yang bersifat kejiwaan, dengan cara membagikan nikmat tersebut untuk orang banyak. Kita dianjurkan juga untuk murah tangan. Janganlah terlalu menyembunyikan sebuah kenikmatan hingga orang lain mengira kita tidak mempunyai kelebihan, perbuatan tersebut adalah kebiasaan orang yang bakhil, sehingga seseorang mengira kita tidak punya apa-apa dan enggan untuk meminta tolong kepada kita. Menurut Mohammad Takdir dalam artikel jurnalnya yang berjudul "Kekuatan Terapi Syukur dalam Membentuk Pribadi yang Altruis: Perspektif Psikologi Qur'ani dan Psikologi Positif", ia menjelaskan bahwa dalam dimensi psikologis syukur ialah hal yang menyangkut mental manusia dalam menggerakan hatinya untuk berbagi kenikmatan material maupun non-material kepada orang banyak setelah mendapatkan nikmat dari-Nya.
Â
Pentingnya Membangun Personal Branding yang Positif
Personal branding bisa dikatakan sebagai merek diri, seperti halnya sebuah produk air mineral yang banyak memiliki nama. Yang membedakan satu air mineral dengan air mineral lainnya adalah brand atau merek yang memiliki ciri khasnya tertentu, seperti itu juga personal branding seseorang. Adapun yang dimaksud personal branding secara teori ialah usaha untuk membangun citra diri yang positif untuk menjaga persepsi di mata orang lain. Hal yang dapat membangun personal branding pun sangat beragam, mulai dari nilai diri, minat, bakat, prestasi, dan masih banyak lagi. Â Singkatnya, personal branding yang kita buat bisa membuat orang lain lebih mudah mengingat kita. Media sosial adalah tempat yang paling mudah untuk membangun personal branding, tetapi perlu diketahui bahwa gerak-gerik kita di media sosial sangat berpengaruh terhadap persepsi orang dalam memandang kita. Dengan ini pula, persepsi orang terhadap kitalah yang membangun personal branding kita di matanya. Jangan sampai dengan asyiknya bermain media sosial sampai tidak sadar membangun citra buruk di media sosial, yang akan membuat jejak digital kita buruk di media sosial. Ketika ingin membangun personal branding, hal yang perlu diperhatikan antara lain: konsisten dengan hal yang ingin ditampilkan di ruang publik dan tentukan pasar yang ingin dicapai. Personal branding yang baik juga hal yang sangat penting ketika kita ingin memasuki dunia kerja, karena personal branding kitalah yang akan menentukan gaji pertama kita di dunia kerja.
Hubungan Tahadduts bi al Ni'mah dan Personal Branding
Pertama, bisa dilihat dari niat dan motivasi: personal branding niatnya ialah untuk membangun sebuah citra diri yang baik di mata orang banyak dengan cara menyebarluaskannya secara langsung maupun melalui media sosial dengan tujuan untuk membuat persepsi orang lain terhadap kita positif. Sedangkan tahadduts bi al-ni'mah niatnya ialah untuk menampilkan sebuah rasa nikmat kepada-Nya sekaligus untuk memotivasi orang lain untuk bersyukur. Kedua konsep ini saling berkaitan, misalnya ketika berbagi sebuah pencapaian atau prestasi di media sosial dengan catatan untuk menampakkan rasa syukur kita tanpa adanya rasa pamer. Tanpa disadari, hal ini dapat membangun personal branding kita yang positif. Kedua, risiko berlebihan: risiko yang utama dari membangun personal branding ialah jatuh ke dalam perilaku pamer. Sedangkan risiko dari pemahaman tahadduts bi al-ni'mah yang salah ialah hanya membicarakan atau menampakkan nikmat tanpa adanya rasa syukur, bisa dibilang hanya untuk membanggakan diri. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan antara pencapaian dan rasa syukur sangatlah penting. Membuat branding diri dengan rendah hati dan tidak niat sombong ialah salah satu contoh tahadduts bi al-ni'mah yang benar. Ketiga, pengaruh positif: personal branding yang ditunjukkan dengan niat baik dan sejalan dengan konsep tahadduts bi al-ni'mah dapat memberikan dampak yang positif. Banyak orang yang dapat terinspirasi dengan cerita kenikmatan atau kesuksesan yang kita peroleh yang disampaikan dengan niat syukur tanpa pamer, dan pada saat inilah seseorang mampu membangun personal branding yang positif di mata orang banyak tanpa terlihat riya.