Internalisasi merupakan suatu proses yang mendalam untuk menghayati nilai sosial yang diperoleh siswa diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan dengan sasaran agar nilai tersebut menyatu dalam pribadi siswa dan menjadi suatu karakter atau watak yang utuh bagi siswa itu sendiri. Internalisasi tidak terlepas dari penanaman nilai atau ajaran kepada objek tertentu hingga nilai tersebut dimiliki dan menjadi bagian dari dirinya. Proses internalisasi dilakukan melalui berbagai metode pendidikan dan pengajaran seperti pendidikan formal, keluarga maupun masyarakat.
Saifullah (2017) menyebutkan bahwa proses internalisasi ada 3 tahapan yakni tahap Transformasi nilai, tahap transaksi nilai dan dan tahap transinternalisi nilai.
- Tahap transformasi nilai : suatu proses yang dilakukan guru dalam menginformasikan nilai disini, guru hanya menyampaikan pemhaman kepada siswa terkait nilai baik dan buruk. Secara garis besar dalam tahap transformasi ini hanya terjadi komunikasi verbal saja antara guru dan siswa. Artinya dalam tahap ini sifatnya hanya pemindahan kognitif dari guru kesiswa.
- Tahap Transaksi Nilai : pada tahap ini tedapat komunikasi antara guru dan siswa secara timbal balik dimana guru memberikan contoh penerapan kepada siswa, sedangkan siswa menerima stimulus yang diberikan oleh pendidik.
- Tahap Transinternalisasi nilai : guru dan siswa tidak hanya berkomunikasi secara verbal dan timbal balik, melainkan lebih mendalam pada mental dan kepribadian. Â
Nilai sosial menurut Wijayanti merupakan indikasi atas faktor yang menunjukkan kemampuan seseorang berdasarkan sudut pandang orang kain pada lingkungannya. Nilai sosial merupakan nilai hasil konsesus yang diakui, memiliki korelasi terhadap pandangan dan harapan kesejahteraan hidup dalam masyarakat (Abdul, 2002). Sedangkan M.Z Lawang mengungkapkan bahwa nilai sosial merupakan orientasi mengenai hal yang diinginkan, berharga dan yang pantas, serta dapat memberikan pengaruh pada perilaku sosial individu (Vincentius, 2009). Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai sosial diartikan sebagai bentuk nilai yang diterapkan dan dianut oleh siswa terhadap apa yang dianggap baik maupun buruk uleh gurunya. zubaedi (2006) mengatakan bahwa sub nilai sosial meliputi :
- Loves (kasih sayang), meliputi pengabdian, tolong menolong, kekeluargaan, kesetiaan, kekeluargaan dan kepedulian.
- Responsibility (rasa Tanggung jawab), meliputi rasa, disiplin, dan empati,
- Life Harmony (keserasian hidup), meliputi nilai keadilan, toleransi, kerjasama dan demokrasi.
Sumber nilai sosial ada beberapa, diantaranya :
- Agama : memberikan nilai-nilai moral yang sangat kuat dan menjadi dasar bagi banyak nilai sosial.
- Budaya : setiap budaya memiliki nilai yang unit dan khas yang terbetuk melalui sejarah, adat istiadat dan keyakinan kolektif.
- Keluarga : merupakan lembaga pertama yang menanamkan nilai-nilai sosial pada individu.
- Pendidikan : pendidikan formal dan non formal berperan penting dalam mensosialisasikan nilai-nilai sosial pada  generasi muda.
- Media masaa. Media masa memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini publik dan menyebarkan nilai-nilai tertentu.
. Â ciri-ciri nilai sosial yaitu :
- Relatif : nilai sosial bersifat relatif dan dapat berbeda-besa antar kelompok masyarakat, bahkan antar individu dalam satu kelompok
- Dinamis : nilai sosial terus berkaembang dan berubah dengan seiring perubahan zaman dan kondisi soail
- Subjektif : penilaian terhadap suatu nilai sosial bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh latarbelakang sosial, budaya dan pengalaman pribadi masing-masin
- Hirarkis : nilai-nilai sosial memiliki hirarki, dimana beberapa nilai dianggap lebih penting dari pada nilai lainnya.
Contoh Konkret bagaimana nilai sosial diinternalisasikan dalam kehidupan sekolah :
- Kegiatan pembelajaran berbasis karakter. Penerapannya melalui Nilai-nilai disiplin, toleransi dan kepedulian terhadap lingkungan diajarkan melalui kegatan belajar mengajar yang teintegrasi dengan semua mata pelajaran. Proses ini melibatkan penggunaan budaya sekolah yang telah menjadi kebiasaan dikalangan siswa
- Budaya sekolah yang positif : Sekolah dapat menciptakan budaya yang mendukung internalisasi nilai sosial. Misalnya menerapkan budaya sekolah yang positif melalui pemberian contoh, pembiasaan dan refleksi dalam pembelajaran. Siswa diajarkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal dan menunjukkan kepedulian terhadap teman-teman mereka.
- Kegiatan ektrakurikuler : Kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), atau klub lingkungan juga berperan dalam internalisasi nilai sosial. Melalui kegiatan ini, siswa belajar tentang kerja sama, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial. Misalnya, program pramuka mengajarkan siswa untuk saling menghormati dan bekerja sama dalam kelompok.
- Pembelajaran Pendidikan Agama : Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa diajarkan untuk menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan saling menghormati. Melalui diskusi dan refleksi tentang ajaran agama, siswa didorong untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari                                       Â
Referensi :
Idris, Saifullah. 2017. Internalisasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Darusalam Publishing.
Syani, Abdul. 2002. Sosiologi Skematika Teori Dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Satu, Vincentius. 2009. Seri Panduan Belajar Dan Evaluasi Sosiologi Untuk SMP?MTs. Jakarta : Grasindo.
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.