Mohon tunggu...
Lian Gayo
Lian Gayo Mohon Tunggu... Administrasi - Desliana Maulipaksi

Mantan wartawan, Staf Humas Kemendikbud, Ibu Negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kita Boleh Makan Kue Natal, Nggak?"

26 Desember 2020   10:49 Diperbarui: 26 Desember 2020   10:58 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ingat, salah satu bentuk toleransi adalah pembiaran. Lihat kembali definisi toleran dalam KBBI. Toleran adalah a bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri. 

Ada kata 'membiarkan' dan 'membolehkan'. Jadi tidak perlu kita sinis terhadap mereka yang mengucapkan maupun tidak mengucapkan selamat saat hari raya agama lain, selama tidak ada perbuatan negatif yang mengganggu kerukunan umat beragama. Bagi yang tidak mau mengucapkan, mereka pun sudah menerapkan toleransi. Mereka telah melakukan pembiaran. Itu bentuk toleransi minimal. 

Satu lagi, orang-orang cenderung melihat toleransi hanya digunakan untuk kehidupan antarumat beragama. Faktanya, kadang toleransi tidak diterapkan dalam kehidupan umat yang seagama. Misalnya, saat ada orang yang berprinsip untuk tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain, sementara teman-teman lain yang seagama dengannya pada mengucapkan, ia bisa mendapat cap "intoleransi" justru dari teman-teman yang seagama dengannya, bukan dari teman yang beragama lain. 

Seringkali teman yang beragama lain lebih toleran dan memahami mengapa temannya tidak mengucapkan selamat. Tapi, hal itu justru diributkan oleh teman lain yang seagama. Kadang kita lupa, bisa toleran dengan teman beragama lain, tapi lupa untuk toleran dengan teman yang seagama.

Kadang kita lupa bahwa toleransi itu bukan hanya untuk kehidupan beragama, tapi juga untuk kehidupan seagama. Jangankan berbeda agama, dengan teman yang seagama pun kita suka berbeda pendapat, baik tentang prinsip maupun kepercayaan.  

Toleransi kerap identik dengan agama. Padahal, toleransi ini harus diterapkan di semua aspek kehidupan, bukan hanya dalam kehidupan beragama dan seagama. Memang ada hal-hal yang tidak bisa kita toleran karena alasan tertentu. Tapi tetap saja kita harus bisa mencerminkan pribadi yang toleran sebagai wujud toleransi dalam kehidupan berbangsa yang majemuk ini. Selamat bertoleransi dengan cara yang baik. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang toleran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun