Mohon tunggu...
Lia Marlina
Lia Marlina Mohon Tunggu... -

Mengejar mimpi di usia muda. 18y\r\n\r\nMPA PGSD UNJ 2014

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Resume - Indonesia Mengajar 1

23 Agustus 2014   04:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408716747189616318

Pengajar Muda. Mereka adalah putra-putri pilihan yang mengemban amanat untuk mencerdaskan tunas-tunas bangsa. Mereka berjumlah 51 orang yang tersebar dari berbagai universitas terkemuka. Mereka cerdas dan memiliki segudang prestasi. Mereka tinggalkan kemapanan kota, gaji yang besar dan keluarga yang mereka cintai. Semua mereka tinggalkan demi menjadi guru SD di pelosok negeri.

Beruntunglah negeri ini memiliki 51 guru yang rela mengabdi di pelosok meninggalkan semua angan di kota besar. Mereka datang karena peduli, peduli akan nasib bangsa ini. Mereka datang untuk memberi cahaya pendidikan di pelosok negeri yang masih buta akan pendidikan. Mereka datang untuk membangun semangat anak-anak pelosok. Mereka datang untuk memberi ilmu yang telah mereka pelajari. Sederhana nya, mereka datang dengan sebuah cinta, mimpi, dan kehormatan.

Pengajar Muda ditempatkan di seluruh pelosok negeri dari sabang sampai merauke. Banyak di antara mereka yang di tempatkan di indonesia timur dan pulau-pulau terpencil karena di daerah ini tenaga pendidik berkualitas sangat sedikit dan kesadaran untuk bersekolah sangat rendah, banyak di antara mereka yang lebih memilih membantu orang tua daripada bersekolah. Pengajar Muda datang untuk memupuk kembali harapan para orang tua agar menyuruh anaknya bersekolah, demi masa depan sang anak dan nantinya akan membanggakan orang tua.

Tantangan dan masalah-masalah saat mengajar di pelosok negeri jelas ada. Menempuh waktu hingga puluhan menit, berjalan kaki hingga berkilo-kilo meter, dan terkadang kondisi alam yang tak mendukung membuat pertemuan belajar menjadi tertunda. Ditambah beberapa sifat anak murid yang nakal dan sulit diatur. Para Pengajar Muda menghadapi anak tersebut bukan dengan ancaman atau kekerasan. Budaya memukul dengan rotan saat anak berbuat salah bukanlah budaya Pengajar Muda. Budaya Pengajar Muda itumelalui pendekatan. Mendekati anak-anak tersebut layaknya seorang teman yang siap mendengar cerita dan keluh kesahnya. Dan lambat laun, melalui pendekatan , perhatian, dan kasih sayang anak-anak tersebut bisa menghilangkan sifat nakalnya.

Tantangan lain nya adalah soal gedung sekolah yang jauh dari kata layak. Gedung yang hampir roboh, papan tulis yang rusak, atap yang bocor, dan fasilitas yang tak memadai ikut menghambat pembelajaran di kelas. Pemerintah yang diharapkan bisa membantu seolah tutup mata dengan kondisi sekolah ini. Mau atau tidak, sekolah ini tetap di gunakan sebagai sarana pembelajaran. Tak ada pilihan, itulah alasan mereka tetap menggunakan gedung sekolah tersebut.

Semua tantangan dan masalah tersebut seakan sirna saat melihat semangat dan tekad kuat anak-anak terpencil untuk bersekolah. Anak-anak tersebut datang dengan pakaian seragam apa adanya, kadang datang dengan sendal jepit usang atau kaki telanjang, bahkan ada yang tak menggunakan seragam karena tak mampu membeli seragam. dan tentunya mereka harus melewati tantangan perjalanan yang sama seperti pengajar muda, menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan sebuah ilmu.

Dengan antusias tinggi anak-anak ini mendengarkan dengan baik penjelasan dari Pengajar Muda. Para Pengajar Muda pun punya trik tersendiri untuk menyebarkan ilmu agar tak membosankan, ada yang menerapkan sistem ‘menyatu dengan alam’ , ‘bermain sambil belajar’ ,membuka sesi diskusi dan curhat , memahami psikologis sang anak, dan tak menerapkan kekerasan dalam belajar.

Selama 365 hari mereka mengabdi dan mengumpulkan deretan pengalaman tak terlupakan yang jelas akan terus menjadi kenangan manis bagi mereka. Mulai sambutan hangat dari warga desa, antusias dari anak-anak pelosok untuk belajar, mengajar baca-tulis-hitung dan tak lupa mereka juga mengajar nilai-nilai kebaikan, belajar agama dan budi pekerti yang baik.

Merekalah guru. Mereka mengajar sekaligus menginspirasi. Menebarkan semangat untuk bangkit dari ketertinggalan, berbagi dengan tulus kepada sekitarnya. Dan menumbuhkan rasa saling hormat yang penuh kehangatan. Mereka akan teruskan tradisi mulia yang di contohkan para pendiri Republik Indonesia : Mencintai dan mendidik bangsa.

Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa di era modern, mereka mendidik tanpa pamrih dan dengan niat yang sungguh mulia. Di saat daerah terpencil yang belum terjamah oleh pemerintah mereka siap mendatangi daerah tersebut, segala rintangan dan hambatan mereka lewati dengan niat ‘Mencerdaskan Generasi Penerus Bangsa’. Itulah, Pengajar Muda.

Indonesia Mengajar yakin Bahwa “Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi”

Nama : Lia Marlina
NIM : 181514 2136
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Jurusan  : PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)

Judul Novel : Indonesia Mengajar I
Penulis : Pengajar Muda
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Desember 2011
Tebal : 322 halaman

Sumber Foto : indonesiamengajar.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun