"Hadirnya Kisah"
Â
Ku lipat mukenah setelah ku tunaikan shalat Subuh dengan tetap ku genggam tasbih bertaburkan Mutiara air tawar kenangan dari teman sebangku saat SMA yang sudah 4 tahun ini kembali di kampung halamannya, salah satu desa di Pulau Lombok.
Sejenak ku mencoba bertafakkur diri, merenungi goresan hari yang seakan mendorongku untuk semakin tertempa menuju kuat sekalipun kata kuat dan Tangguh seakan tidak jua ku capai.
Namun ku yakin, setiap diri senantiasa haus akan penghargaan atas setiap upayanya melewati setiap jengkal kisah kegagalan yang dihadapi.
Kisah kegagalan, ataupun kisah tentang ketangguhan, tentulah tidak sama bagi semua insan. Namun satu yang harus dinilai sama oleh setiap kita, bahwa hadirnya kita adalah bermula dari tangisan awal sebagai penanda lahirnya kita. Dan bisa jadi, tangisan pula yang menjadi penanda 'akhirnya' kita.
Dan kadang ku berpikir, betapa indahnya sebuah kepergian tatkala seseorang mengisi hari dan waktunya dengan kisah cinta dan ketulusan. Sekalipun, adalah keniscayaan untuk memiliki kesempurnaan cinta dalam setiap kisah yang terhadir.
"Kisah telah hadir. Dan kisah terus bergulir sejak kita terlahir. Kita bukan penentu, namun kita bisa tetap menjaga cinta hadir dalam setiap kisah."
Â
Aku pun terngiang sebuah hadis, hadis tentang kisah hidup yang begitu fana dan akan bermuara pada surga yang selalu kita impikan.
Â